Di Balik Kisah Inspiratif

Seorang teman pernah meminjamkan saya buku motivasi yang materinya dikumpulkan dari berbagai kisah di dunia maya. Ternyata kisah pertama, kedua, sampai di halaman acak sekalipun, sudah pernah saya baca 😮Saya putuskan tak membaca tuntas lalu segera mengembalikannya. Udah khatam duluan 😂

Teman-teman di medsos seringkali share kisah si ini dan si itu, yang sudah saya baca 2-3 tahun sebelumnya. Yaaa… Saya kebanyakan baca atau media kita yang kurang bahan ya. Kayaknya sih lebih pas yang kedua kok, beneran… Terlepas dari urusan perseteruan politik yang abadi; tertangkapnya Saracen, Jonru, TrioMacan menunjukkan betapa sedikitnya inti berita jika tidak diracik dengan ‘bumbu yang sensasional’ 😉

Jauh sebelum tertemukan dan tertangkapnya para peramu hoax, saya sudah eneg duluan. Silakan baca tulisan Anti Kebenaran dan Nyaman Baca Berita, Berita Nyaman Baca.

Sesekali saya ingat-ingat nama penulis di kisah pertama, ternyata sampai saya baca kisah yang sama beberapa kali, nama penulis jadi berbeda semua. Plagiasi itu kayaknya kok begitu dimaklumi ya. Nah, kira-kira apa sih latar belakang penulisan/pengcopasan sebuah info atau kisah inspiratif. Buat saya pribadi, menulis adalah terapi, melepaskan penat, menambah perbendaharaan kata dan pembelajaran, banyak…

Karena itulah, sejumlah kisah inspiratif yang menyentuh kalbu, seringkali menempatkan penulisnya sebagai penokoh utama 😉

Ada tiga jenis kisah inspirasi:

1. Inspirasi copas, yang nilainya anda ambil dengan atau tanpa ijin yang menulis awal. Niat anda baik, terima kasih yaaa ☺ Semisal info sekaligus testimoni kesehatan yang bejibun sampai bingung milih yang mana, berbagai kisah mahligai perkawinan, kisah pengorbanan dan cinta kasih, banyaaak… Namanya juga negeri kemana saja, silakan klik apa saja untuk siapa saja 😀

2. Inspirasi korban, yang nilainya bersumberkan pengalaman anda sendiri, yang kemudian anda padu padankan dengan kebijakan lain yang sesuai. Orang jadinya membicarakan anda dan menciptakan persepsi, bahkan bisa menganggap anda terlalu mengumbar kisah pribadi. Di lain pihak, banyak orang yang merasa senasib kemudian merasa lega dan lebih baik. Semisal seperti para ibu yang membahas bagaimana mengasuh anak spesial, para survivor abusement di masa lalu, juga para penganut orientasi yang berbeda dari keumuman masyarakat 😑

3. Inspirasi imatur, yang nilainya keburu anda ejawantahkan sebelum sempat mengalami uji kelayakan dan pengetahuan yang mumpuni. Misalnya, mengatakan soal bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena tidak dekat dengan Tuhan, bahwa yang melahirkan sesar itu tak bisa menangkal gangguan setan, juga menyangkut inspirasi copas yang ternyata tak semuanya teruji secara medis atau sesuai ayat yang sahih. Astaghfirullah 😯 jangan semudah itu ya menyematkan tuduhan, apalagi jika kita hanya sedikit mengalami atau tak berhubungan langsung. Faktornya kompleks sekali.

Jika anda bermedia sosial, tak ada yang murni salah satu, selalu perpaduan kedua atau ketiganya. Semua orang menginginkan semua orang di sekitarnya lebih baik, dengan cara membombardir linimasa medsos dan aplikasi chat, dengan berbagai info inspiratif tentang kesehatan, tausiyah, dapur, juga berbagai jenis video yang bikin telinga dan hati terasa jeri. Suaranya provokatif, penuh dikte, dan tak semerdu Maria Oentoe atau Ferry Fadli. Eh, yang tak tahu siapa mereka, berarti kita bukan satu generasi 😉

Dari empati seorang netizen, yang kemudian memancing kelatahan yang lain, terkumpullah dana sekian puluh juta untuk si tukang ojek atau si penjual makanan warung. Di dunia nyata, kita mengenal pengemis yang memiliki asset miliaran dengan cara menyamar menjadi kaum papa. Di dunia maya, selain faktor keberuntungan, anda juga bisa memancing para netizen yang merasa kurang sedekah, yang berlomba lomba menyumbang kesana kemari. Olah kata, kejadian, persiapan kebenaran, dan cring…cring…gudang uang Gober segera berpindah ke rumah anda 😉

Apa yang terpikirkan ketika seorang mahasiswa merekam seseorang yang sedang dibully, kenapa dia malah mengabadikannya, bukan menolongnya? Apa yang terpikirkan ketika dia mengambil gambar seorang pria yang bertaruh nyawa melawan buaya? Kenapa tidak berteriak minta bantuan? Apa pula yang dipikirkan ketika mengunggah video pertikaian dan caci maki? Sebegitu pentingnya kah menjadi populer, dengan mengorbankan keselamatan dan nyawa orang lain? Sebegitu pentingnya kah memiliki jutaan follower, demi tawaran endorse di depan mata? 😴

Inspirasi tak selalu berasal dari sumber yang sama. Membagikan kisah bijak juga bukan berarti si pembagi memegang tampuk kebijakan sejagadnya sendiri. Bukaaan… Mario Teguh pun akhirnya mengundurkan diri, Anand Khrisna sempat tersandung kasus perundungan, juga para ustadz yang mengalami penurunan kredibilitas karena poligami atau keseleo lidah. Kalau si pembagi kebijakan harus sebijak kata-katanya, niscaya stok orang baik makin lama makin menipis, semua wilayah pun bisa berubah nama menjadi ‘Gotham city’ 😁

“Sesungguhnya jika aku menasihati kamu, bukanlah berarti aku yang terbaik dari kalangan kamu, karena aku pun pernah melampaui batas untuk diriku sendiri. Seandainya seseorang harus sempurna dahulu untuk menyampaikan nasihat, maka tidak akan ada pendakwah di dunia dan semakin sedikitlah orang yang memberikan nasihat. (Imam Hasal Al-Basri)”

Benar, tak ada kewajiban menjadi baik dulu, sebelum berbagi kebaikan. Tapi mana mau orang tahu, maunya semua seimbang. Kamu berbagi sesuai apa adanya dirimu. Begitu…

Seiring dengan gencarnya hoax, yang makin terbaca serenyah berita kampiun sekalipun, saya kira ada sebagian orang yang muak atau bahkan tak peduli dengan kisah atau sebaran inspiratif dengan berbagai pose, terutama yang jenis copas. Kalau buat saya sih, anggap aja lagi baca cerpen, hiburan. Masalah nilai apa yang terserap, yaaah itu tergantung suasana hati 😉 Pas haus semangat, itu sangat berguna. Pas bosan, dibaca sekilas lalu lupa.

Kenyataan membuktikan, kisah inspiratif jenis terjungkir balik sekalipun tak akan berdampak positif, jika yang membaca sudah memasang tembok beton tebal yang membentenginya dari perubahan apapun. Dengan alasan klasik –> kamu tidak/belum pernah merasakan apa yang terjadi padaku kan… 😈

Di balik kisah inspiratif, selalu terselip harapan seseorang untuk membuat orang lain lebih baik. Entah sampai atau tidak, biarkan hidayah memilih subyek dan obyek terbaiknya.

Jangan bosan berbagi, tapi juga jangan lupa pahami dan resapi dulu apa yang sudah anda bagi…

😉😉

Gambar papan lampu

Gambar gembok

Leave a comment