2020: Pasrah Sedekah, Balas Merekah

Seperti yang saya janjikan kemarin, ini tulisan tentang keajaiban sedekah dari sekian banyak yang pernah saya alami 🙂 Tulisan ini sudah dimodifikasi sesuai dengan gaya blog.

Sekitar 9-10 tahun lalu.

Hari itu saya tak punya uang sama sekali. Masih pertengahan bulan. Itu berarti masih harus bisa bertahan selama dua minggu sebelum suntikan rutin dana bulanan cair. Insyaallah, bukan karena gaji suami yang kurang, tapi sayanya yang kurang pinter utak atik, hehe… Puyeng juga sih, kebiasaan dua sumber mata pencaharian, berubah menjadi satu saja. Perlu bertahun untuk menyesuaikan diri dan masih juga belum mampu, hiks… Ya Allah, ampuni hambamu yang kufur ini 😔

Sebelum menjadi emak rumahan, saya kan mengajar di sebuah lembaga pengajaran bahasa asing. Setelah resign, saya masih sering ke sana untuk menjalin silaturahmi dan sekaligus berjualan 😁

Baca: Jika Bubun Kerja

Continue reading 2020: Pasrah Sedekah, Balas Merekah

Touring Anjem Sekolah

“Jauh kamu bilang. Masa demi anak, kamu gak mau nyoba? Aku nih, ganti angkot berapa kali aja, apapun bakal kujalani demi anak.”

🙄😋😎

Sungguh, pertikaian paling enggak banget adalah pertikaian antar emak. Diladeni itu kok ya receh. Gak diladenin kok ya nggregetne ati. Percayalah, semua emak pasti mencoba, pasti berusaha, dengan target serta visi misinya masing-masing. Bagaimana mungkin disama-samakan. Perawakan dan pemikiran, karakter suami, jumlah anak, latar belakang ekonomi dan pendidikan, konsep diri, jenis suara, makanan kesukaan, dll. Yakin ada yang sama persis? 😁

Menepi, sebelum terjebak lalin Gedangan

Rumah saya kan di perbatasan antara Sidoarjo dan Surabaya. Moldy sekolahnya di daerah Wonokromo, Surabaya. Masalah jauh tidaknya jarak itu relatif, tergantung hidup kita menderita atau tidak. Kalau menderita itu biasa, sebagai teman dari derita-derita yang lain 😁 Kalau tidak menderita, ya itu pencapaian yang paripurna dalam membonceng Moldy yang tuli dan Shena yang dengar. Sepanjang perjalanan saya hampir tak menemui siapapun yang senasib. Kayaknya sepaket kami aja deh, yang menempuh sejauh itu dengan motor. Ups, aroma keangkuhan mulai menguar 😋

Continue reading Touring Anjem Sekolah

Cerita Pejalan Kaki

“Buuu, buuu…” teriak seseorang memanggil saya dengan kencangnya.

Saya mengedarkan pandangan sekitar, nampak seseibu lain yang menyapa dari kejauhan. Dia nampak antusias.

“Kenapa?” Tanyanya 😯
Lho, bukannya saya yang mesti bertanya, karena dia menyela kegiatan saya…berjalan kaki bersama anak-anak di sore yang cerah. Errr, sebenarnya penuh debu motor dan penuh teriakan sih, supaya kami tak terhajar motor di jalanan kampung yang juga asal seruduk.

“Kenapa kenapa?” Tanya saya balik, sambil teriak juga, karena jarak kami cukup jauh, disela motor dan mobil yang lalu lalang.

“Kenapa kok jalan kaki?” Tanyanya polos 😕

Sebuah ketertiban yang langka

Eh, sejak kapan jalan kaki butuh alasan. Apakah naik motor juga butuh alasan. Maunya sih naik mobil, tapi saya gak punya, hehehe… Oh, dia sedang berbaik hati menyapa saya, jadi saya hela napas agak panjang, lalu…uhuk, busyet debunya tebal juga.

-continue reading