Prov-Antiv (2)

Perhelatan seru soal vaksin, memasuki babak yang makin embuh. Sampai taraf antar tokoh agama. Perhelatan soal penanganan soal covid pun tak jauh beda. Sampai taraf antar dokter bercentang biru, beda cara, dan saling blokir 😅 Dokter juga manusiaaa, punya rasa, punya hati.

Pandemi menantang resiliensi kita semua, terutama borok separah apa yang bisa tutup rapat atau biarkan ambyar tanpa kendali. Betapa nikmatnya jadi orang biasa di masa kiwari, aneh pun tak ada yang peduli 😉

Baca: Prov-Antiv

Saya mau cerita soal pengalaman divaksin aja deh, buat hore-hore. Kalau anda gak mau vaksin, santai aja, sesungguhnya tak ada paksaan dalam bervaksin 😉

Di sini kita pergiii (here we gooo)

Baca: Bertahan (4)

Selaksa pengalaman. Sudah saya bilang kan, saya males vaksin. Males ngantri, males berprasangka, males siap-siap, pokoknya males segalanya 🤣 Virus rebahan sudah memiliki kerajaan dengan banyak wilayah di tubuh ini.

Continue reading Prov-Antiv (2)

Sapa Papua (2)

Jika anda mengikuti kronologi kasus Steven Yadohamang, yang diinjak kepalanya oleh dua aparat keparat, bagaimana pendapat anda?

😭

Steven adalah seorang tuli, bekerja sebagai tukang parkir, dan dia berkomunikasi dengan gestur, bukan bahasa isyarat. Hiks, ini juga tahunya dari ig Surya Sahetapy, bahwa komunikasinya Steven dengan Deni Zulkarnaen di fb, bukan isyarat Merauke.

Semenanjung Doberai, Raja Ampat

Dua petugas ini memang tak searogan polisi kulit putih yang menginjak leher George Floyd sampai meninggal dunia. Meski sedang menjalani hukuman 22 tahun penjara, protes Black Lives Matter masih terus berlanjut, dilakukan berbagai kalangan, baik kulit hitam maupun kulit putih. Protes mengenai rasialisme telah melintasi kesamaan warna kulit.

Lalu, apa kabar Indonesia kita?

Continue reading Sapa Papua (2)

Mengenang Gorman

Molitik. “Jual buku filsafat itu, ibaratnya ngasi ke toko 10 biji, balik ke aku 12 biji. Di gudang, numpuuk… Buku filsafat itu jarang ada yang mau beli dan baca. Ada nih yang judulnya Banalitas Kekerasan. Wik, artinya aja bikin orang pusing. Siapaa yang mau beli?”

😅

Baca: Over Men Jealousy

“Iya, aku baca Illich dan Nietszche aja wes tak preikne. Nggarai jebol sungu, mumet.”

“Lek ngono baca akun triomacan2000 ae mbak, ramalane banyak yang cocok lho.”

“Iyo ta?”

Continue reading Mengenang Gorman

Bertahan (4)

Juni lalu, dihabiskan dengan kemrecel masalah kecil sebagai efek samping dari kaum rebahan yang makin sensi, berlanjut dengan bombardir berita yang sudah dihindari tetep aja ngeyel hadir. Beginilah efek samping teknologi, kemudahan berlaku di setiap lini, termasuk kemudahan bersikap tanpa saring.

Baca: Nyaman Baca Berita

Saya males vaksin karena antrinya masyaallah. Saya percaya bahwa ‘kebanyakan orang akan vaksin pada waktunya’. Ternyata suami tercinta niat bener nyariin sampai nulisin nama dulu baru lapor jadwalnya, suruh saya siap-siap 😅 Dia udah lengkap jatahnya dari kantor. Akhirnya berangkatlah saya berjubel (apa kabar jaga jarak 😑) di Pasmar dekat rumah.

Continue reading Bertahan (4)

2021: Mereka atau Kita?

Disclaimer: harus dibaca dengan lapang dan tanpa tendensi keberpihakan. Jika tidak, maka dampaknya di luar jangkauan penulis. Kebenaran bisa berupa apa saja, termasuk berupa keyakinan anda sendiri 😉

Sudah curi start mudik kah? Atau malah belum mudik sama sekali karena sekian kendala tak terperi? Atau berencana nekat menerobos perbatasan? Atau ada yang lain?

🙂

Merasa jengkel sama yang nekat mudik atau sama yang kejem bikin larangan sama bangsa sendiri? Pengen nyukurin atau kasi selamat kehebatan, pada yang nekat nyari jalan tikus dan kena macet dan kena patroli juga? Pengen ngetawain atau nyukurin petugas, pada mereka yang nekat mudik berbekal takbir dan solawatan?

😑

Continue reading 2021: Mereka atau Kita?

2021: Mengingatkan dengan Indah

Selama tinggal di Batu, Kediri, Surabaya, Sidoarjo; hanya di satu tempat tinggal saja yang jauh dari masjid. Ada yang bahkan jaraknya hanya sekitar dua rumah, sehingga suara menjelang waktu salat terdengar cukup memekakkan. Volumenya terlalu wow dan kontennya kebanyakan diisi anak-anak, untuk bermain yang tak berhubungan dengan ibadah pula 🤦🏻‍♀️ Hanya bisa nggerundel dalam hati, tak lebih.

Continue reading 2021: Mengingatkan dengan Indah

2021: Nabi Kesekian

Heboh pengakuan seseorang di sebuah konten youtube, yang menyatakan dirinya sebagai nabi ke-26, membenci puasa dan azan, dan sebagainya; pokoknya semua detail tentang Islam. Dia siap dilaporkan atas tuduhan penistaan agama.

Kasus serupa penistaan juga terjadi di agama Hindu dan Katolik. Sila dicari sendiri ya. Ini sebagai perimbangan informasi, bahwa hina menghina terjadi pada hampir semua agama terhadap agama lain.


Selalu ya, selalu ada konten semacam ini untuk memicu amarah umat dan menciderai toleransi. Jengkel aja sih, tapi tidak marah. Kemarahan adalah tujuan si pembuat konten. Kita sudah memberikan kredit untuk popularitasnya.

Continue reading 2021: Nabi Kesekian

Diamono: Aman Diserang

🍃 “Misal kehidupan pribadimu dijadikan bahan guyonan, kamu marah gak?”

🥀 “Ya marah dong, apalagi kebanyakan orang kan cuma tahu sebagian kecil, gak semua, gak tahu jatuh bangunku kayak gimana. Coba dia balik dijadikan guyonan, kan pasti gak mau.”

Baca: Pembalasan Bully

🍃 “Kamu protes?”

🥀 “Iya, semisal aku dalam kondisi emosi sangat tinggi sekali atau bahkan tanpa emosi sama sekali, karena di situlah kekuatan perlawanan.”

🍃 “Semisal kamu jadi artis, apa bakalan bikin somasi?”

Continue reading Diamono: Aman Diserang

Bertahan

Sudah hari keempat di tahun baru. Saya belum bikin resolusi dan refleksi. Resolusi kayaknya males 😅 Kalau refleksi, mestinya perlu dipertimbangkan sih😉

Alhamdulillah, sudah melewati 2020, meski dengan ketar ketir, masuk dalam daftar mala-ikat atau malaikat 😩 Duh hidup, baru tahu rasanya ibarat berada di sebuah adegan kapal di tengah badai.

Continue reading Bertahan

Revolusi Menuju Korea (2)

Drakor is not my cup of tea 🙂

Meski saya juga mengakui, cerita-ceritanya menarik dan cukup matang, apalagi kalau dibandingkan sinetron atau telenovela. Masalah klasik drama adalah, terlalu lama buat saya 😎 Gak sabaran nunggu akhirnya sih.

Selain itu juga saya males lihat para cowok lembut yang berponi. Wajahnya mulus, antingnya banyak, cantik pula. Ini kan menambah rasa insekyur buat emak-emak standar macam saya, dengan wajah begitulah. Sebenarnya mereka tuh justru makin cakep tanpa poni lho. Buat saya, sih 😁

Baca: Revolusi Menuju Drakor

Baca: Jebakan Limas

Continue reading Revolusi Menuju Korea (2)