Disclaimer: Artikel ini adalah terjemahan hampir penuh, tanpa ada penambahan materi terkait seperti biasanya (ke dalam artikel). Artikel terkait, saya sisipkan sebagai tulisan tersendiri dan sebagai tambahan.
Di tahun 1930an dan 1940an, pasangan dan tim suami istri, Fritz dan Grace Heider, melakukan penelitian pendidikan di Clarke School for the Deaf, Massachusetts. Meski sekolah untuk para tuli sudah ada di Amerika selama sekitar dua abad, mereka memberikan instruksi dalam bahasa isyarat lokal, sehingga lulusannya menghabiskan hidupnya dalam lingkungan tuli yang terisolasi 😐
Marion A. Schmidt*, ahli sejarah psikologi, menyampaikan informasi lain, bahwa Clarke School sudah membaru dan progresif, misinya adalah mengintegrasikan anak tuli ke dalam komunitas mainstream. Untuk itu, penggunaan bahasa isyarat dilarang dan para murid diajarkan untuk berbicara dan atau membaca bibir.
Pasangan Heiders menemukan bahwa anak-anak tuli ini matang secara sosial dan mampu menyesuai dengan baik pada teman dengarnya. Dengan kata lain, menjadi tuli tidak menghalangi perkembangan sosial dan kognitif mereka. Anak-anak tuli ini menggunakan bahasa isyarat antar mereka ketika tidak ada guru 😁
Baca: Deaf Resonance
Pasangan Heiders mempublikasikan hasil penelitian mereka dalam bentuk makalah berseri. Sayangnya, pihak administrasi sekolah tidak berkenan dengan laporan tersebut. Heiders kemudian memutuskan hubungan dengan pihak sekolah.
Continue reading Apakah Tuli Sebuah Disabilitas?.