Kiat Hidup Sehat (2)

Piye stressmu, gaes? Wes nggarai awak molak-malik urung? Sek kuat urip kan?

💪🏻😁

Alhamdulillah sudah mulai sering pertemuan tatap muka, setidaknya jadi lebih sibuk dan tak kebanyakan halu lagi deh.

Baca: ‘Hantu’ Pandemi

Dari akun ig ibu2canggih, saya ikutan webinar dengan narasumber dr. Prama Aditya. Materinya nyenengin dan bikin optimis untuk segera hidup sehat lewat banyak cara. Apalagi buat saya dan bala residu pandemi lain, yang mulai jenuh dengan makanan dan pikiran. Pengen melakukan sesuatu yang lebih berkualitas tapi gak tau ilmunya sama sekali 🙄

Meski diet nasi boleh dikatakan punya hasil yang signifikan dan saya masih bertahan hidup, tapi ada bagian kosong yang tak bisa saya kendalikan. Semisal bagaimana mengendalikan sakit tertentu yang suka datang sembarangan begitu pikiran membadai.

Baca: Diet Nasi (2)

Continue reading Kiat Hidup Sehat (2)

Ala Agustinus Wibowo

Sesekali saya ikuti space di twitter, meski tak banyak yang bisa saya simak sampai habis. Isinya bergizi, asalkan memilih narasumber yang tepat. Yang isinya ngasal juga banyak dan di antaranya jadi bahan obrolan di linimasa 😅 Gitu deh, tak ada yang sempurna di hadapan warganet.

Pas dapat oke, ada Ivan Lanin yang jadi pewawancara bersama narsum Agustinus Wibowo (AW). Ini sudah lumayan lama ya, jadi lupa apa judulnya. Intinya, bagaimana menulis kisah perjalanan supaya tak terlalu puitis sekaligus tidak kronologis, karena dua-duanya bisa membosankan dan lebay.

Saya baru baca satu bukunya AW, Garis Batas. Bukunya agak lebih berat kalau dibandingkan bukunya Trinity. AW membawa pertanyaan besar yang sebagian berasal dari pengalaman hidup sebelumnya sebagai pengaya.

Continue reading Ala Agustinus Wibowo

Revolusi Menuju Korea (2)

Drakor is not my cup of tea 🙂

Meski saya juga mengakui, cerita-ceritanya menarik dan cukup matang, apalagi kalau dibandingkan sinetron atau telenovela. Masalah klasik drama adalah, terlalu lama buat saya 😎 Gak sabaran nunggu akhirnya sih.

Selain itu juga saya males lihat para cowok lembut yang berponi. Wajahnya mulus, antingnya banyak, cantik pula. Ini kan menambah rasa insekyur buat emak-emak standar macam saya, dengan wajah begitulah. Sebenarnya mereka tuh justru makin cakep tanpa poni lho. Buat saya, sih 😁

Baca: Revolusi Menuju Drakor

Baca: Jebakan Limas

Continue reading Revolusi Menuju Korea (2)

Kebutuhan Khusus Dalam Alquran (3).

Kadang saya merasa bahwa disabilitas bernama tuli itu akan dibumihanguskan dari Indonesia 🙄 Medis hanya memberikan pilihan solusi berupa alat bantu atau implant. Bahasa isyarat jadi solusi paling akhir, itupun disampaikan dengan berat hati. Uhuk…

Baca: Dari Bu Dokter Sp. THT

Saat Moldy kelas satu, saya diminta untuk menunjukkan bagaimana saya mengajarinya di rumah, di depan para tamu dari Ostrali. Semacam micro teaching gitu. Mereka memang menanyakan mana alat bantunya Moldy, tapi mereka juga punya nama isyarat lho. Nah, bagian alat bantu aja yang sering ditekankan pada orang tua (di Indonesia), sedangkan pilihan berisyarat sepertinya kok dianggap jangan sampai ketahuan ada 🙄 Buktinya…

Banyak tuli dewasa yang enggan menggunakan isyarat meski dia kesusahan mendengar dan bicara. Banyak juga tuli dewasa yang seneng ada bahasa isyarat, karena dia gak pernah bergaul dengan sesama tuli dan tak pernah tahu rasanya ngobrol dengan asik dan nyaman.

Baca: Tiga Pilihan

“Ada 23 ayat dalam Alquran, yang menyebutkan mendengar sebagai kemampuan dasar pertama,” kata dokter Firza di sebuah webinar.

Baca: Perjalanan Menerima (2)

Yang memahami pernyataan ini apa adanya, pasti langsung nangis deh 🥺. Lalu berprasangka, jadi bener yang dibilang orang bahwa anak tuli adalah anak terkutuk, karena dosa orang tuanya bejibun tak berbilang 🤨

Continue reading Kebutuhan Khusus Dalam Alquran (3).

Kesehatan Mental Kaum Tuli (2).

Ini pertemuan ketiga saya dengan Herbert, sekaligus pertemuan daring untuk yang pertama kalinya. Profesor ini lagi di Inggris. Masih konsisten dengan senyum ramah dan ketakzimannya menyimak, siapapun yang sedang bicara atau berisyarat 🙂

Baca: Kesehatan Mental Kaum Tuli

Saya sedang menghemat kesehatan pikiran, males mikir mbulet 😸 Jadi saya pakai poin aja ya. Hei, bukannya biasanya juga begitu 😃

🦋 Selama pandemi, adalah wajar jika merasa parno, cemas, dan curiga; saat ketemu orang. Namun, perasaan itu harus dikendalikan, agar tak berubah menjadi negatif. Semua orang di dunia ini, menghadapi masalah yang kurang lebih sama, baik dengar maupun tuli.

🦋 Jangan panik ya. Cara mengurangi panik adalah dengan mencoba hal hal baru.

Baca: Kesehatan Mental Kaum Tuli

Ada yang takut keluar rumah. Ayolah keluar rumah, dengan jarak yang ditambah secara berkala. Coba terus setiap hari. Jika tak melawan rasa takut, lama-lama akan jadi beban. Maka beradaptasilah supaya rasa itu berkurang.

🦋 Jangan takut salah melakukan sesuatu, hingga tak berani mencoba melakukan apapun. Toh salah masih bisa diperbaiki.

🦋 Ada hal global yang dihadapi semua orang, bahwa hidup kita semua sedang berubah.

Continue reading Kesehatan Mental Kaum Tuli (2).

Perjalanan Menerima (2).

Ada dokter THT dan ada dua ibu dari anak yang menyandang kebutuhan tak hanya tuli saja. Konekin Indonesia, meski pendirinya tak memiliki kaitan khusus dengan disabilitas, tapi tema yang diangkat selalu menarik dan hangat 🙂

Sebelum lanjut baca ulasan webinar ini, saya udah bikin terjemahan dari para ortu di Amrik ya, dan buku curhat yang saya susun dari beberapa ortu di Indonesia 🙂

Baca: Bersama ‘Membersamaimu’

Baca: Perjalanan Menerima

Kali ini pembicaranya, bisa dicermati dari poster di bawah ini yaaa…

Saya bahas per narasumber.

Continue reading Perjalanan Menerima (2).

Mengasuh Anak Tuli Ala Dewi Yull.

Meski kelupaan memfoto diri sendiri yang lagi bersebelahan dengan penyanyi pernah kondang era 80-90an dan masih cukup tenar hingga kini ini, rasanya cukup puas bisa ikutan seminar online bareng. Lumayan, Jemi dan Shena bisa ikut menyimak.

Berhubung gak ada slide, saya pake poin-poin kayak biasanya ya. Menuliskan bukan berarti menyepakati ya, kan bagian dari pengetahuan juga 😉

Dewi Yull memiliki empat anak, dua di antaranya tuli. Gischa, tuli, sudah meninggal. Yang kedua, lelaki, dengar. Yang ketiga, Surya, tuli, kuliah di Rochester. Keempat, lelaki, dengar, hampir kuliah di ITS tapi batal.

Continue reading Mengasuh Anak Tuli Ala Dewi Yull.

Siaga Bencana.

Datang ke kampus A Unair Surabaya, menemani Moldy, untuk ikut pelatihan siaga bencana. Sasarannya, untuk teman tuli di usia 7-15th. Sayang yang datang hanya sedikit. Range usia juga kurang tepat, karena di usia itu, dengan metode pendidikan normalisasi, anak tuli masih tergolong muda. Usia 10-20 rasanya lebih pas 😉

Mengapa menyasar tuli? Antara lain karena teman Tuli itu fisiknya tak ada masalah, pengelihatan bagus, sehingga tenaganya bisa digunakan untuk membantu yang lain.

Di Inggris, kata Herbert Klein, sudah tersedia tenaga difabel atau yang memahaminya, pada tiap bidang yang berhubungan dengan masyarakat umum. Iya lah, tenaga JBI di sana jauh lebih banyak daripada Indonesia. Iya lah, perkembangan teknologi, pengetahuan, serta sdm sudah jauh melesat daripada di sini. Julid nih 😅 Buang dulu dogma mistisnya, perubahan aforisme berkala, baru deh kita bisa bicara kesetaraan menuju maju 😉

Continue reading Siaga Bencana.

Reinforcement (4): Nggelar Wicara.

Biasanya datang dan duduk manis, untuk pertama kalinya gantian saya yang wira-wiri bikin acara 😀 Nego pembicara, mengajak beberapa teman Tuli dan penerjemah, menembus ke beberapa pihak sekolah, dan terakhir ngemsiin. Dengan dibantu beberapa pihak, saya cukup lega ini sudah berakhir dan cukup seneng dengan beberapa respon positif yang disampaikan ☺

Bersama ibunya Udana, Udana sendiri, Phieter, Nasta, dan Adhien; sebagai pembicara 😍

Ini hal yang baru. Sebelumnya sekolah sering juga kok mengadakan acara yang berkaitan dengan pengasuhan. Versi sekolah banyak terfokus pada penanganan kegalauan dan bagaimana cara belajar bicara yang baik.

Continue reading Reinforcement (4): Nggelar Wicara.

Reinforcement (3).

Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda 2018, sebuah gelar wicara bertema disabilitas diadakan oleh mahasiswa FE UNAIR dan sejumlah sponsor. Salah satu sponsor yang saya suka, Indocafe Coffeemix 🤤 Sluuurp, dapat kopi gratis secangkir kecil☕ Tapi sekarang lagi belajar minum kopi tubruk, mengurangi kopi instant ✌

Baca: (Sedang berusaha) Tidak Ngopi

Temanya Social Action, menghadirkan lima pemuda difabel berprestasi. Saya ceritakan sesuai dengan nama masing-masing ya..

Alfian
Mahasiswa tunanetra pertama yang diterima di Unair, di jurusan Antropologi 2015. Di tahun 2017, ada tiga orang lagi yang diterima.

Sistem yang dipakai untuk belajar adalah Jaws, mengubah tulisan menjadi suara.

Continue reading Reinforcement (3).