Celoteh Shena (6)

Nonton Spiderman versi Andrew Garfield, yang untuk kesekian kalinya diputar di tv. Saat Gwen akhirnya meninggal dalam pertempuran dan Peter kehilangan nyala dalam hidupnya, Spiderman pun ikut lenyap. Penduduk New York pun ditimpa banyak kesulitan.

Baca: Spideromance

“Nah, sekarang kalian tahu kan rasanya hidup tanpa superhero?”

“Kalian harusnya tahu, superhero juga punya takdirnya sendiri-sendiri.”

Saya buru-buru menuliskannya dan Shena berteriak menyadarinya,

“Hayoo, pasti nyatet omonganku untuk ditulis ya?”

🤣🙈

Gambar Gwen

Demam Shinbi (2)

Saya sempat mengira kalau anime ini bikinan Jepang lho. Kan karakternya Osamu Tezuka (bapak manga) banget. Mata ala Bambi, rambut njeprak, hidung dan bibir cuma tempelan, serta kisah kepahlawanan ala Marvel dengan kearifan lokal.

Anime ini banyak mengangkat peran perempuan secara dominan, mengkontranya dengan partner yang seharusnya lebih. Ibunya Hari bekerja dan orangnya tegas, si ayah sebaliknya. Hyun-woo yang penakut, padahal Hari dan Gauen pemberani. Doori jadi adik yang tergantung pada kakaknya. Shinbi yang penakut padahal punya kekuatan super. Ibunya Kanglim pun memiliki peran penting dalam berurusan dengan Raja Bawah Tanah.

Setidaknya peran perempuan lebih berimbang dan tidak misoginis. Konon, Korea lebih patriarkal daripada Indonesia. Bisa jadi, dominasi perempuan di sini jadi satu cara bersuara.

Baca: Kim Ji-yeong

Continue reading Demam Shinbi (2)

Demam Shinbi

Favorit saya dan anak-anak kali ini adalah Shinbi house, si goblin penghuni apartemen yang memiliki bermacam mantra. Dia berteman baik dengan kakak beradik, Hari dan Doori. Musim pertama sih, tak masalah. Menghadapi para makhluk sampai tunduk, lalu gantian para makhluk menolong mereka saat genting.

Baca: Tontonan

Serial terbaru, agak berbeda. Musim kedua ini lebih horor karena warna-warnanya lebih gelap, orang-orangnya juga lebih sedikit, dan makhluknya juga tampil lebih menyeramkan. Dimulai dari makhluk tatapan kegelapan, makhluk bayi boneka, makhluk perawat, dan ini yang paling ngeri, makhluk mimpi 😨

Makhluk ini masuk ke dalam mimpi seseorang, lalu memerangkapnya sampai dia tak bisa kembali ke dunia nyata. Di saat yang sama, para ‘malaikat’ penjaga Hari, yaitu Kanglim dan Rion, sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri.

Semalam sesudah nonton itu, lha kok saya pun bermimpi 🤓

Continue reading Demam Shinbi

Revolusi Menuju Korea (2)

Drakor is not my cup of tea 🙂

Meski saya juga mengakui, cerita-ceritanya menarik dan cukup matang, apalagi kalau dibandingkan sinetron atau telenovela. Masalah klasik drama adalah, terlalu lama buat saya 😎 Gak sabaran nunggu akhirnya sih.

Selain itu juga saya males lihat para cowok lembut yang berponi. Wajahnya mulus, antingnya banyak, cantik pula. Ini kan menambah rasa insekyur buat emak-emak standar macam saya, dengan wajah begitulah. Sebenarnya mereka tuh justru makin cakep tanpa poni lho. Buat saya, sih 😁

Baca: Revolusi Menuju Drakor

Baca: Jebakan Limas

Continue reading Revolusi Menuju Korea (2)

Revolusi Menuju Korea

Kalau bukan karena gabut di masa karantina yang makin hollow dan kalau bukan karena Shena promosi ini bagus, tentu saja saya tak akan mbelani duduk manis depan TV demi drakor 🙈

Geli aja, lihat lelaki berponi dan bergaya super manis. Lupakan sejenak isu oplas yang terlalu mainstream, jangan melulu menyalahkan aktornya karena pilihannya. Duit mereka, hak mereka 😅

Berhubung intriknya oke, saya belani aja lanjut lihat. Meski di tengah-tengah udah males ngikuti konflik yang nambah sana sini, dengan solusi yang terlalu ringan. Berhubung ada bagian sok-cenayang dalam diri yang bekerja tiap lihat film yang klik, saya lanjut aja biar gak penasaran 😁

Continue reading Revolusi Menuju Korea

Valentinizing Me

Valentine is not our culture.

Galantine is served from the butcher.

Clementine is sung by someone older.

Helloween is not either.

I don’t celebrate Valentine, whatever paradigm against or embracing it. Yet, I do enjoy romantic movies, every kind of profoundness involved.

I bumped into a series of recorded Me Before You movies. It was awesome. I love the chemistry between Lou and Will, the couple combination of silly girl and conceited boy. Like mine 🙊


Lou was hired as cheer maker for Will, an eligible bachelor who had everything in his life. Extraordinary career, good and healthy shape, and of course someone to love. An accident put him into zero. His whole body, except his head, got handicapped, not able to move by himself.

Continue reading Valentinizing Me

Lion King Remake

Sekitar tahun 1993-4, saya nonton Lion King rame-rame dengan beberapa teman sekolah di bioskop Batu Plaza. Saya berpendapat sama dengan seorang teman, bahwa Simba memiliki aura playboy, aih, atau playlion ya 🤣 Intinya Simba itu singa yang cakep.

Imajinasi anak abege, hehehe…

25 tahun kemudian, saya nonton dengan suami dan anak-anak. Rasanya jadi kurang greget, antara lain karena:

🦁 Simba ‘disadur’ dari Kimba, bikinan Jepang, dan pihak Disney tidak mengakuinya. Kabarnya, ada satu adegan dubbing yang pemerannya terpeleset mengatakan Kimba. Uhuk… Namun pihak Disney sendiri menyatakan bahwa itu murni kreasi mereka sendiri.

Beritanya bisa dibaca di sini ya, sekalian saya pinjam gambar dari sana juga.

Plagiasi bukan masalah mereka yang belum banyak karya supaya tenar lho, tapi juga masalah mereka yang sudah punya nama dan ingin terus mempertahankan reputasi dan prestasinya dengan cara apapun 😑

Meraih kesuksesan tidak mudah, tapi mempertahankannya jauh lebih tidak mudah.

Continue reading Lion King Remake

Spideromance

Kebanyakan orang akan sepakat bahwa pemeran karakter Spiderman paling pas adalah Tobey Macguire, performa terbaik disajikan Tom Holland, dan romansa terbaik dipamerkan Andrew Garfield. Iyalah, mereka juga pasangan kekasih 😀

Emdrew Stonefield. Emma Stone. Andrew Garfield.

Sekian belas purnama, akhirnya saya bisa nonton The Amazing Spiderman sampai habis. Padahal dulu waktu anak-anak masih belum sekolah, saya udah seneng sama mas Andrew yang ganteng. Trus pasangannya si Gwen yang blonde dan smart. I think, he’s too pretty to be Peter Parker 😎

Baca: Spidey

Continue reading Spideromance

Luke, Leo, Luckier

Tumbenan yah, ngomongin idola 😀 Tak ada hubungan erat dengan bahasan parenting atau special needs. Teladan yang bisa diobrolin mengenai Leo adalah isu lingkungan. Punya organisasi nirlaba yang berusaha mengurangi pemanasan global. Menjadi duta PBB untuk Peace and Climate Change. Terbaru, yang berhubungan dengan Indonesia, dukungan dan pujiannya pada menteri keren kita, Susi Pudjiastuti, atas keberaniannya melawan illegal fishing 😊

Soal lingkungan ini, saya belum bisa konsisten. Baru dalam taraf simpati dan kadang empati, belum banyak turun tangan. Untuk anak-anak, baru bisa ngajakin anak-anak buang sampah pada tempatnya dan memilah sampah. Itu belum maksimal, karena niat pribadi, serta area pemilahan dan lingkungan belum mendukung 🙄 Huaaa, alasan…

Baca: Sampah dan Kita

Baca: Kurikulum Membuang Sampah

Continue reading Luke, Leo, Luckier

Dads In Kungfu Panda

Kai, sahabat baik almarhum Master Oogway, bangkit dari alam roh. Dia menyerap tenaga dari para ahli kungfu dalam bentuk giok. Maunya dia menyerap chi paling besar, yang konon ada di desa panda.

image

Semua kawan Po, bahkan Master Shifu berubah menjadi tentara giok si Kai, yang gondrong dan wajahnya mirip dengan Dennis Rodman, hehehe…

Suatu saat, kedai Po kedatangan tamu yang mengalahkan rekornya makan bakpao. Tamu itu ternyata ayah kandungnya, yaitu Li Shang. Si ayah angsa cemburu. Menurut perkamen tua, kebangkitan Kai ini hanya bisa dikalahkan oleh kekuatan chi yang hanya dimiliki oleh penduduk desa panda. Li menyanggupi mengajarkannya pada Po, dengan syarat

Continue reading Dads In Kungfu Panda