Diet Nasi (2)

Lingkar perut hingga pijakan bumi, sudah menyalakan pendar kuning. Tandanya harus segera diatur, kalau tak ingin menjadi merah dan meledak πŸ˜… Sudah coba olahraga, lalu males lanjut. Puasa, harus siap secara mental spiritual karena maag sering kambuh lalu lanjut mual muntah. Makan jam tertentu atau semi puasa, juga saya langgar sendiri πŸ™ˆ Intinya, melakukan sesuatu memang perlu ada niat yang kuat, teman yang suportif, aturan yang ketat, sekaligus ganjaran yang menggiurkan 😁

Baca: Penyebab Diet Gagal

Baca: Diet Nasi

Kini, insyaallah menuju satu bulan tanpa nasi. Totalnya dalam sebulan ini, saya hanya makan sekitar, kurang dari dua piring nasi. Berbagi bubur ayam dengan suami, sama makan satu dua suapan nasi hanya sebagai tanda perdamaian. Pengennya enggak sama sekali sih. Mengingat saya bukan seleb atau model yang memiliki tuntutan aduhai, ya udah gak usah jahat-jahat sama diri sendiri 😊

Niat dari awal, diet demi kesehatan. Menjadi langsing adalah harapan bonus.

Yang libur cuma nasi aja, yang lain tetep. Bukan pola diet yang layak tiru ya, ini masih sebuah eksperimen dengan hasil sementara yang belum paten 😁 Gak pakai histori pula, jadi bener-bener ngasal aja.

Kalau ada teman jualan nasi dengan berbagai pose, saya enggan nyoba. Begitu ada teman yang jualan siomay, dengan catatan dia bikin sendiri, saya selalu budal nyoba. Shena paling suka siomay ikan tengiri bikinan teman. Dia kalau bikin, lemu-lemu dan rasanya ngikan. Padahal bumbu kacangnya lumayan pedes. Shena selalu siap segelas besar air putih, di samping sepiring siomay πŸ˜„

Trus ketemu tetangga kota lewat blog, bikin siomay ayam, yang dinamai shumai. Kardus makanan sampai clomoh karena saya buka tutup terus πŸ˜„ Lha piye, enak sih. Shumainya juga lemu-lemu, rasanya manis dan juicy. Paling pas dicocolkan ke sausnya. Buat saya yang gak terlalu suka pedas, rasanya pas.

Sekalian nyoba roast chicken yang empuk dengan aroma oregano. Semacam menu diet, jadi lengkap dengan kentang, buncis, dan wortel. Sungguh, racikan ayam dua jenis ini sangat membantu saya melupakan nasi, tapi menahan diri untuk terus beli. Pengen pesen lagi, tapi sungkan ngabisin sendiri. Lha wong saya doyan sendirian 🀣

Singkat cerita, diet nasi saya sedang berada di awang-awang karena pilihan menu yang yahud. Perut yang sering keroncongan, jadi lebih anteng. Mengingat efeknya cukup baik, saya kuatkan untuk bertahan.

Ngantukan, mual, muntah, lemes, napsu makan berlebihan, lingkar perut, sampai bau mulut, semuanya berkurang. Sedikit sih, kan baru sebentar. Lha wong makan yang berkalori tinggi lain, tetep dong πŸ˜„

Berdasar kisah seseorang yang melakukan diet yang sama dengan efek yang berbeda, pantang nasi saja tak cukup. Gorengan, manis, asin, juga perlu jadi pertimbangan. Itupun pernah saya coba dan efeknya bisa langsung terasa dalam sehari saja. Untuk jangka panjang, huhuhu, stamina menahan diri memang tak bisa sendirian πŸ™ƒ Lagipula itu yang seriusan. Saya kan dietnya ngasal *pledoi

Satu hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam diet dan urusan apapun adalah olahraga πŸƒβ€β™€οΈπŸƒβ€β™‚οΈ

Biar gak kepanjangan, semoga ada niat yang memadai untuk menuliskan di seri ketiga. Sekian dan terima doa πŸ˜‡

Gambar nasi

2 thoughts on “Diet Nasi (2)

Leave a comment