Diet Agama.

Lirik dari sebuah lagu anak-anak: ‘…A wish upon a star…’
Lalu dia bertanya kepada ibunya, ‘Kenapa gak sama Allah aja saat kita minta harapan? Kenapa kok sama bintang?’

Kenapa ya?

Jika kita menggunakan media sekuler sebagai kiblat, nilai tuhan dibebaskan, jadi ya terserah bagaimana kalian memaknainya. Sebagian anak memang terlahir untuk berpikir kritis, namun saat kita memberi batas, ya batas itulah yang akan dia percaya. Jangan samakan ya, pemahaman kita yang udah terkontaminasi banyak pemikiran, dengan cara berpikir anak yang sebagian besar masih bergantung ‘apa kata ortu’.  Kata orang bijak, mendidik anak itu menulis di atas kertas, mendidik orang dewasa itu menulis di atas air ☺

Saat kita mengaku dan memutuskan beragama Islam, yuk diingat kembali apa aturan dasarnya. Masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat, mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Itu koridor dasar ya. Allah tahu kalau keberadaanNya bakal dipertanyakan, mengingat manusia sebagai makhluk paling sempurna memiliki proses berpikir paling rumit. Bisa jadi jahat banget, baik banget, atau malah begitu labil tak tahu arah. Ya, Allah adalah batas pemikiran.

image
Kiriman dari seorang teman ☺

Selanjutnya, sebagai bukti kepercayaan, kita sholat. Kita sujud, tapi gak kelihatan siapa yang kita sembah. Kembali ke poin syahadat, udah diresapi baik-baik kah? Jika percaya, ya kita menjalani sholat sebagai konsekuensi beragama Islam. Sholat pun gak sekadar menyembah Dzat aja. Sholat itu adalah semacam yoga, membuat jiwa tenang, proses tawadhu betapa kita ini bukan apa-apa yang bisa jumawa semaunya. Rutinitas akan membuat sebuah keterikatan, rasa spiritual itulah yang sangat pribadi, yang tak selalu sama pada tiap orang.

Itu rukun Islam, aturan yang harus diikuti saat kita memutuskan beragama Islam. Sebagai agama yang dilandasi akal, aturan dibuat bukan tanpa alasan harus dipatuhi. Semua memiliki imbal balik positif bagi pelaksananya. Jalani dulu ya, sebelum melontarkan cela, kukira itu lebih bijak 🙂

Sekarang ke rukun iman. Jika udah memutuskan beragama Islam, maka ada batasan siapa dan bagaimana yang harus dipercayai.
Pertama, iman kepada Allah. Ibarat tubuh ya bagian kepala. Kalau tidak dipegang erat, ya susah masuk dan memahami bagian lainnya. Gak pegang intinya sih, jadi ya wandering melulu, apa dan siapa tuhan. Kalau berharap dia kelihatan, bukankah derajatNya lebih tinggi, mana bisa kita melihat. Bukankah persepsi tiap manusia itu tak sama? Tidak dilihat saja sudah dipersepsikan macam-macam, apalagi dilihat ☺.
Jika dia bersuara dan bersikap seperti harapan kita, lalu apakah tuhan itu makhluk? Jika dia bisa menciptakan kita, kenapa kok kita tak bisa menyamainya?
Begitulah, saat kita tak punya batas, there are many possible questions to express 😑. Mind elasticity has no limits.

image
Kiriman dari teman baik

Baca lagi urutan rukun iman.
Iman kepada Allah, malaikat, Alquran dan kitab-kitab, rasul, hari akhir, qadha dan qadar. Allah dengan asmaul husna-nya, dengan kedudukan itu Dia menggunakan perantara malaikat untuk menyampaikan petunjuk, yaitu Alquran sebagai penyempurna Injil, Taurat, Zabur. Agar lebih mudah diresapi oleh sesama manusia, beberapa manusia terpilih (rasul) menyampaikan wahyu itu, sesuai masanya, sebagai sebuah teladan di masa mendatang hingga hari akhir. Berhubung yang menyampaikan manusia, ya mereka tak punya kuasa untuk menghukum dan menghakimi. Wahyu itu sebagai peringatan akan adanya hari akhir, bahwa dunia hanyalah sementara.

Stephen Hawking percaya adanya kiamat, yaitu terjadinya tabrakan meteor dan benda langit, dengan perhitungan ilmiah. Tetap dia gak percaya tuhan. “Religion believes in miracles, but these aren’t compatible with science.”

Picasso: “God is really only another artist. He invented the giraffe, the elephant and the cat. He has no real style, He just goes on trying other things.”

What’s your quote?
Atheist, agnostic, or theist part?

Semua agama sama dan benar, hanya caranya saja yang beda?
Itu sih kalau kalian tak mengenali agama yang dianutnya sendiri. Agama paling benar, ya agama yang kalian pilih untuk dianut. Kalau gak mau mengakui dan menjalani aturannya, kenapa menganut? Ouch…

Agama itu pilihan, di antara sekian jenis pilihan gaya hidup. Buat sebagian yang gak percaya agama, jangankan memilih, berurusan aja ogah, phobic, skeptic, apatic, dan itu susah untuk diyakinkan.
Mind elasticity has no limits 😉

Imam Shamsi Ali yang berdakwah di Amrik, pernah mendatangi para haters yang menghina Islam secara frontal. Ternyata sebagian dari mereka memang sama sekali tak mengenal Islam. Ikut arus aja, manut pemberitaan media yang belum jelas kebenarannya 😴.
Bahkan ada yang bersedia. merendahkan hati untuk minta maaf, karena telah menjelek-jelekkan Islam. Jadi muallaf? Tidak tuh ☺

Hidayah kan milik Allah. Tugas yang tahu adalah menyampaikan kebenaran. Jika yang bersangkutan tak berkenan, bukankah Allah yang membolak-balik hati manusia. Jika sanggup, lanjutkan dengan mendoakan mereka supaya lebih baik 😇

Some say, beragama saja tak menjadikan kamu baik.
Iya, memang. Beriman saja juga tak menjadikan kamu baik. Hafal Alquran saja (tanpa mengamalkan) juga tak menjadikanmu baik. Jadi haji bolak-balik tak berarti ibadahnya paling sempurna.
Memangnya cukup makan minum sehari saja sekali trus menjadikan kalian sehat bugar dan penuh semangat bertahun-tahun. Butuh rutinitas, pengulangan. Jika tak diulang, tak rutin, apa efek pembelajaran dari prosesnya? Jika semua hal bisa dilakukan begitu mudahnya dengan satu jentikan jari, apa jadinya dunia ini? 😈

Jika kalian questioning tentang agama dan tuhan, ya udah coba aja satu-satu. Mana yang paling pas. Pathetic sekali jika kalian mempertanyakan dan meremehkan sesuatu yang kalian belum tahu seluk beluknya. Benci, monggo, tapi bencilah yang bertanggungjawab, bersama sederet data akurat yang layak dijadikan rujukan kebencian.

Buat anak kecil, banyak bertanya itu menunjukkan kecerdasan. Buat orang dewasa, jika banyak bertanya, apakah sama?

Henny Youngman (comedian): I once wanted to become an atheist, but I gave up – they have no holidays. 😆

Hehehe, keep questioning means keep awaking (mind). Don’t you feel tired without boundaries? 😇. What kind of peace in your mind then?

I did questioned why so many (religious) rules are to obey. Then I did a ‘diet’. Mengerjakan hampir semua yang mendekati aturan baku dan menjauhi hampir semua yang dilarang. Aku bilang hampir semua, karena memang selalu ada celah untuk pelanggaran, sekecil apapun :?.
Other religion? So sorry, I’m fully enough and satisfied with mine, thank you 🙂

Hasilnya?

Hehehe…
Why don’t do it yourself and tell me how. Let’s share that fair moment 🙂 Will you?

One thought on “Diet Agama.

Leave a comment