Mimpi Aneh

Bulan lalu adalah bulan yang dilewati dengan melayang. Banyak mimpi tak penting tentang orang-orang yang sama sekali tak pernah berhubungan dengan saya. Lelah…

Salah satu mimpi yang paling membekas adalah mimpi tentang seorang teman yang menjadi mualaf. Kami sesekolah merayakannya di sebuah masjid yang sangat bagus, entah di mana itu. Semuanya memakai baju putih bersih, seperti naik haji, tapi bukan pakaian ihram.

“Lho kamu?” tanya saya kaget.

Continue reading Mimpi Aneh

Sebelum vs Sekarang vs Sesudah

Seorang teman memasang status lagunya Budi Doremi yang berjudul Mesin Waktu, seraya menanyakan satu hal yang susah dijawab. Seandainya bisa memilih, mau kembali ke masa sebelum atau sesudah pandemi? 🙃

Ada yang pernah mengatakan bahwa seandainya adalah setan, karena itu berarti ora nrimo dengan takdir yang ada. Dalam kondisi penuh tekanan dan ketidakpastian, berpikir “seandainya saja…” adalah kemungkinan.

Nyatanya, nrimo kondisi yang ada itu gak langsung hadir dengan kata yok bisa yok, semangka, sabar ya, pasti nanti dikasi jalan keluar, yang ikhlas ya, ingat anak-anakmu yang membutuhkanmu, ingat orang-orang yang mencintaimu dan tak ingin kamu sedih terus, masih mending kamu daripada aku (yang lebih menderita), dan bla bla bla lainnya 🙄

Continue reading Sebelum vs Sekarang vs Sesudah

Mengenang Gorman

Molitik. “Jual buku filsafat itu, ibaratnya ngasi ke toko 10 biji, balik ke aku 12 biji. Di gudang, numpuuk… Buku filsafat itu jarang ada yang mau beli dan baca. Ada nih yang judulnya Banalitas Kekerasan. Wik, artinya aja bikin orang pusing. Siapaa yang mau beli?”

😅

Baca: Over Men Jealousy

“Iya, aku baca Illich dan Nietszche aja wes tak preikne. Nggarai jebol sungu, mumet.”

“Lek ngono baca akun triomacan2000 ae mbak, ramalane banyak yang cocok lho.”

“Iyo ta?”

Continue reading Mengenang Gorman

Bertahan (4)

Juni lalu, dihabiskan dengan kemrecel masalah kecil sebagai efek samping dari kaum rebahan yang makin sensi, berlanjut dengan bombardir berita yang sudah dihindari tetep aja ngeyel hadir. Beginilah efek samping teknologi, kemudahan berlaku di setiap lini, termasuk kemudahan bersikap tanpa saring.

Baca: Nyaman Baca Berita

Saya males vaksin karena antrinya masyaallah. Saya percaya bahwa ‘kebanyakan orang akan vaksin pada waktunya’. Ternyata suami tercinta niat bener nyariin sampai nulisin nama dulu baru lapor jadwalnya, suruh saya siap-siap 😅 Dia udah lengkap jatahnya dari kantor. Akhirnya berangkatlah saya berjubel (apa kabar jaga jarak 😑) di Pasmar dekat rumah.

Continue reading Bertahan (4)

Perihal Ajal (3)

Sempat menghitung gak, berapa berita kematian yang bersliweran di linimasa kalian? Sempat kepikir gak, bahwa kematian itu selalu jadi tetangga sebelah badan kita, pembawaannya tenang tapi mengawasi setiap saat? Sempat ngerasa gak, bahwa pada saatnya nanti, malaikat pencabut nyawa melakukan tugasnya di depan mata kita?

😭

Saya kira kita semua mengalami kondisi yang hampir sama. Tiap kali buka medsos, statusnya seringkali diawali innalillahi. Dari masjid yang biasanya terdengar menjelang azan, kini bersahutan satu sama lain mengabarkan berita duka. Di jalan, ambulan berseliweran tanpa sirine, menembus lalu lintas yang mulai lengang. Di kampung, pedagang mulai berkurang, sebagian berganti dengan kibaran bendera putih. Mencekam 😞

Di tulisan sebelumnya, saya berharap perjalanan malaikat maut itu hanya dalam bentuk berita tentang nun jauh di sana, sampai satu semester saja. Nyatanya, memasuki semester kedua tahun 2021, semakin banyak nyawa berganti alam dalam hitungan yang begitu singkat 🤕

Jika biasanya, satu kematian akan mengajak beberapa kematian lain dalam waktu sekitar tujuh hari, kini ajakannya bisa serentak. Dalam sehari, bisa mencapai 5-6 kematian di wilayah yang sama, kemudian beruntun hitungan lainnya dalam waktu yang berdekatan 😔

Baca: Perihal Ajal (2)

Continue reading Perihal Ajal (3)

2021: Mereka atau Kita?

Disclaimer: harus dibaca dengan lapang dan tanpa tendensi keberpihakan. Jika tidak, maka dampaknya di luar jangkauan penulis. Kebenaran bisa berupa apa saja, termasuk berupa keyakinan anda sendiri 😉

Sudah curi start mudik kah? Atau malah belum mudik sama sekali karena sekian kendala tak terperi? Atau berencana nekat menerobos perbatasan? Atau ada yang lain?

🙂

Merasa jengkel sama yang nekat mudik atau sama yang kejem bikin larangan sama bangsa sendiri? Pengen nyukurin atau kasi selamat kehebatan, pada yang nekat nyari jalan tikus dan kena macet dan kena patroli juga? Pengen ngetawain atau nyukurin petugas, pada mereka yang nekat mudik berbekal takbir dan solawatan?

😑

Continue reading 2021: Mereka atau Kita?

Bertahan (3)

We’re in the same boat,” katanya memungkasi curhat yang baru saya buka dengan satu kalimat-Hampir 24 jam bersama anak-anak, rasanya sangat wow.

Gak jadi curhat atau asal cerita aja, nelan ludah sendiri yang lagi pait. Ya begitulah kita semua, termasuk saya di masa lalu dan sekarang kalau yang nyurhatin sudah sampai taraf nyebelin 😑 Kata psikolog, itu hampir sama dengan mencuri panggung. Toh, gak ada tuntutan untuk solutif kayak bu Tejo kan…

Curhat itu kayak buang hajat 😁 Bau sih, tapi kalau gak dikeluarin bikin sakit perut. Waktunya tiap orang kan gak sama, yang dimakan juga beda. Tentu saja ketika buang hajat, jijik juga kan mengatakan banyak-banyakan siapa, bentuknya kayak apa, atau frase klasik yang kompetitif: masih mending kamu-aku nih lebih parah 😬

Continue reading Bertahan (3)

Bertahan

Sudah hari keempat di tahun baru. Saya belum bikin resolusi dan refleksi. Resolusi kayaknya males 😅 Kalau refleksi, mestinya perlu dipertimbangkan sih😉

Alhamdulillah, sudah melewati 2020, meski dengan ketar ketir, masuk dalam daftar mala-ikat atau malaikat 😩 Duh hidup, baru tahu rasanya ibarat berada di sebuah adegan kapal di tengah badai.

Continue reading Bertahan

Molitik Embuh (4)

Ikutan nyoblos?

Saya, ENGGAK.

Entah kenapa, saya juga gak dapat surat suara dan gak ada niatan untuk ikut nyoblos susulan. Bodo amat. Gombal sudah dengan jargon satu suara pasti berharga, preeet…

Baca: Molitik Embuh (3)

Beberapa hari sebelumnya, saya ditawari duit buat milih si bapak itu untuk jadi pejabat. Aih, males banget, enak amat suaraku dihargai murah. Saya gak nanya jumlahnya. Gak mungkin dong saya dikasi sejuta.

“Pilkada melulu, sekolahku gimanaaa?” omel Shena saat melihat berita di tv.

Continue reading Molitik Embuh (4)