(Sedang Berusaha) Tidak Ngopi (3)

Ini salah satu judul yang terlihat aneh, setelah saya melihatnya dari sisi lain. Dari sisi orang yang selama sebulan ini tidak menengok facebook, twitter, dan instagram sama sekali. Eh, nengok dikit ding, pas lihat acara pemenang lomba dan baca japri. Udah, selesai, tak ada keperluan lain lagi😁

Baca: Seni Bertahan Hidup Kaum Marjinal

Meskipun aneh, tulisan adalah bagian dari skema perubahan. Memang tak bisa serta merta. Tentang percepatan dan langkah selanjutnya, yaaah itu ditentukan dari banyak hal lain.

Ternyata ada pola yang baru terlihat dan terlaksana secara bertahap. Pola dimulai dari pernyataan bahwa kesehatan merupakan sinergi antara pikiran, fisik, dan kehidupan sosial. Ketiga hal itu berkelindan apik dan mesti seimbang satu sama lain. Urusan takdir, beda cerita yaa.

Baca: Kiat Hidup Sehat

Continue reading (Sedang Berusaha) Tidak Ngopi (3)

Sebelum vs Sekarang vs Sesudah

Seorang teman memasang status lagunya Budi Doremi yang berjudul Mesin Waktu, seraya menanyakan satu hal yang susah dijawab. Seandainya bisa memilih, mau kembali ke masa sebelum atau sesudah pandemi? πŸ™ƒ

Ada yang pernah mengatakan bahwa seandainya adalah setan, karena itu berarti ora nrimo dengan takdir yang ada. Dalam kondisi penuh tekanan dan ketidakpastian, berpikir “seandainya saja…” adalah kemungkinan.

Nyatanya, nrimo kondisi yang ada itu gak langsung hadir dengan kata yok bisa yok, semangka, sabar ya, pasti nanti dikasi jalan keluar, yang ikhlas ya, ingat anak-anakmu yang membutuhkanmu, ingat orang-orang yang mencintaimu dan tak ingin kamu sedih terus, masih mending kamu daripada aku (yang lebih menderita), dan bla bla bla lainnya πŸ™„

Continue reading Sebelum vs Sekarang vs Sesudah

Kesehatan Mental Kaum Tuli (2).

Ini pertemuan ketiga saya dengan Herbert, sekaligus pertemuan daring untuk yang pertama kalinya. Profesor ini lagi di Inggris. Masih konsisten dengan senyum ramah dan ketakzimannya menyimak, siapapun yang sedang bicara atau berisyarat πŸ™‚

Baca: Kesehatan Mental Kaum Tuli

Saya sedang menghemat kesehatan pikiran, males mikir mbulet 😸 Jadi saya pakai poin aja ya. Hei, bukannya biasanya juga begitu πŸ˜ƒ

πŸ¦‹ Selama pandemi, adalah wajar jika merasa parno, cemas, dan curiga; saat ketemu orang. Namun, perasaan itu harus dikendalikan, agar tak berubah menjadi negatif. Semua orang di dunia ini, menghadapi masalah yang kurang lebih sama, baik dengar maupun tuli.

πŸ¦‹ Jangan panik ya. Cara mengurangi panik adalah dengan mencoba hal hal baru.

Baca: Kesehatan Mental Kaum Tuli

Ada yang takut keluar rumah. Ayolah keluar rumah, dengan jarak yang ditambah secara berkala. Coba terus setiap hari. Jika tak melawan rasa takut, lama-lama akan jadi beban. Maka beradaptasilah supaya rasa itu berkurang.

πŸ¦‹ Jangan takut salah melakukan sesuatu, hingga tak berani mencoba melakukan apapun. Toh salah masih bisa diperbaiki.

πŸ¦‹ Ada hal global yang dihadapi semua orang, bahwa hidup kita semua sedang berubah.

Continue reading Kesehatan Mental Kaum Tuli (2).

Gara-gara PD

Melongo, tak sengaja lihat rekaman siaran Hitam Putih di youtube, tahun 2018, tentang pernikahan antara Ira (15) dan Aripin (14), di Kalimantan 😳 Yang laki baru lulus SD πŸ€¦β€β™€οΈ Telat amat saya tahunya, kemane aje…

“Ini salah ortunya,” kata saya geram.

Mau pake gambar anak-anak yg nikah, gak tega πŸ™

Eh, ternyata memang si anak sudah tak bisa dilarang, maunya sendiri, sampai sering keluyuran. Lha wong nenek dan ibunya masing-masing juga nikah muda, usia 16 πŸ€¦β€β™€οΈ

“Ini salah pemerintah,” saya cari kambing hitam melulu 😢

Continue reading Gara-gara PD

Confetti SFH (2)

Sampai di mana yang kemarin? Sampai soal pemasukan yang berkurang ya. Mohon maaf sebelumnya, saya tidak bisa menggambarkan banyak 😬 Pemasukan, alhamdulillah tetap. Pengeluaran untuk SPP dan transport, sedikit berkurang, jadi teralokasikan ke makanan yang tiada henti πŸ™ˆ

Sekarang poinnya adalah how to enjoy, mau tak mau harus siap sampai Desember, hiks…

Solusi praktis ala-ala

🧑 Waktunya mengeksplor hobi. Hobi masak, nulis, pelihara hewan, atau apa. Kalau ternyata hobi gak bisa kompromi sama sekolah anak, mari cari hobi baru 😁

🧑 Tambahan ibadah, antara lain tambahan salat, puasa, dan mengaji. Kalau serangan moodnya sedang parah, macam saya, hal semacam ini hanya bisa terpikirkan dan terjalani dengan setengah hati. Bagi yang imannya sangat baik, ini disebut sebagai godaan syaiton. Bagi yang pernah berada di fase ini, pasti tahu banget rasanya, udah berdoa sampai nangis-nangis, tapi masih juga hampa. Salat udah berulang kali, udah fokus sampai pusing, tapi tetap kosong.

Baca: Manfaat Puasa

Astagfirullah, curcol lagi πŸ™ˆ

🧑 Melakukan hal remeh dengan sungguh-sungguh. Seperti ngobrol sekejap sama tetangga, lihat acara gosip artis, beli es krim dan menikmati setiap jilatannya (aih…), ngobrol sendiri seolah lagi jadi youtuber, atau beli jajan yang banyak lalu pesta-pestaan sama anak-anak πŸŽ‰

Continue reading Confetti SFH (2)

Kesehatan Mental Kaum Tuli.

Siang menjelang malam, saya mendapat kesempatan untuk ngobrol bertiga dengan Laura, kakak Tuli yang bisa 10 bahasa dan Herbert Klein, profesor bidang kesehatan mental, yang juga tuli. Saya yang cuma bisa bahasa isyarat patah-patah, dibantu kakak yang saat ini akan melanjutkan S2 di Hongkong. Ternyata diskusi seru juga, sampai lupa untuk minta difoto sebagai bukti saya nampang bersama orang keren πŸ˜ƒ

Terkadang, males selfie itu agak menyesatkan popularitas 🀭

Seru lho, penyampai materi semuanya berbahasa isyarat

Laura, terlahir dari keluarga tuli, menguasai sekitar sepuluh bahasa asing. Herbert, seorang Tuli dari keluarga dengar. Menjadi berkebutuhan khusus, secara medis, tak akan menghalangi seseorang untuk berprestasi. Secara budaya, Tuli adalah kaum minoritas yang memiliki ciri khasnya sendiri.

Baca: Tuli: Sebuah Identitas

Continue reading Kesehatan Mental Kaum Tuli.