Paham Dulu, Hafal Kemudian (2)

Kapan hari kan sempat ramai, tentang para santri pondok tahfidz yang menutup telinga karena alunan musik di ruang antri vaksin. Menjalani hak yang tidak menyalahi hak orang lain, eh malah jadi ganyangan di medsos. Kemudian ramailah kemana-mana, tentang musik haram, intoleransi, dan sebagainya.

πŸ™„

Jangankan musik, diajak ngobrol gak bener dan sembarangan aja bisa bikin hafalan hilang kok. Iman yang tak dirawat juga bikin hafalan hilang. Pasti deh, sekali waktu ada saat kita terhenti karena lupa ayat selanjutnya saat salat. Paling sering, keputer-puter di Al Kafiruun. Hayooo, mau ngaku gak πŸ€ͺ Eh, saya ding…

Baca: Paham Dulu, Hafal Kemudian

Menjadi emak, kepikiran soal kompor belum mati atau belum, nanti masak apa, belanjaan sudah masuk kulkas apa belum, dan semacam itulah; ya bisa aja bikin lupa ini rakaat keberapa, tadi baca surat apa πŸ™ˆ Padahal salat dilakukan setiap hari lho, hafal, tapi bisa tersesat juga, meski gak jauh-jauh amat. Jadi wajar dong, kalau hafalan mesti dipertahankan dengan memberikan asupan yang sesuai sejalan.

Kalian pernah ngalamin gak, permainan memanggil toh seperti jaelangkung. Si roh datang dan ikut salah satu peserta. Dia mesti dipulangkan supaya tidak mengganggu. Entah doa apa yang mesti dibaca, tapi ya gitu, mendadak lupa atau seret waktu bacanya πŸ™ƒ

Saya baru paham itu ketika dewasa. Dulu masih SMP, haha hihi aja ikutan teman main. Alhamdulillah, si dia mau dipulangin dan teman saya bisa mulangin.

Kenapa santri mesti nutup telinga? Sebenarnya gak semua nutup sih, ada yang masih buka telinga, tergantung anaknya juga. Lagipula, mana ada belajar yang gampang, apalagi belajar kitab suci yang isinya lebih beragam tentang kehidupan, bukan pakai bahasa ibu pula. Ibarat kita belajar kalkulus, apa bisa tiba-tiba diajak belok ngobrolin takaran yang pas untuk elemen pupuk kandang. Gak nyambung kan…

Kalaupun ada yang bisa, tak banyak. Ilmunya memang sudah mumpuni dan teruji. Biasanya sih, sudah tua. Kalau yang masih muda, wajar dong mempertahankan dengan yang semampu dia, sesuai dengan arahan guru yang lebih berpengalaman dan berilmu.

Paham dulu bahwa di usia muda segalanya memang masih belum jejeg, masih perlu pondasi yang keukeuh mengingat godaan dari luar dan dalam diri gak main-main. Bukannya ilmu tinggi juga sebanding dengan godaan yang menerpa πŸ˜‰

Pahami juga bahwa menuntut ilmu harus dengan keseriusan, supaya hafalan terjaga. Paham tak selalu hafal, tapi bisa memudahkan. Hafal tak selalu paham, makanya pahamlah 😁

Demikian.

Gambar Alquran

Leave a comment