Jebakan Limas (2)

Sekian lama jadi kasak-kusuk di dunia maya, akhirnya sah juga segala hal yang berbau illuminati untuk menjegal seorang kandidat orang besar. Sudah mengikuti kan, isu mengenai Ridwan Kamil dan ideologi dari konstruksi masjid yang dibangunnya 🤭🤦‍♀️

RK sudah menjawabnya tuntas, dalam sebuah diskusi formal dan tatap muka. Saya tak mengikuti detail, antara setuju dan tidak setuju. Sekali waktu, persebaran hoax, fitnah, dan intrik harus disikapi tegas dan langsung. Medsos dan kemudahan akses informasi dalam bentuk apapun, (mestinya) membuat kita makin berhati-hati dalam menyikapi dan mempercayai berita. Semua hal hampir selalu bisa didiskusikan, tapi keyakinan akan kebenarannya itu kembali pada keberpihakan dan pengetahuan masing-masing 😉 Segitiga illuminati dan serangkaian informasi terkait, tetap dilanjutkan oleh ustad yang bersangkutan 😔 Wallahualam.

Masjidnya Ridwan Kamil

Saya menurunkan artikel yang kedua ini, sebagai penambahan dan sedikit perubahan sikap dari tulisan pertama.

Baca: Jebakan Limas

Perubahan sikap:
👓 Saya tak lagi terlalu tertarik dengan mereka yang memakai atribut agama dengan sedemikian fanatik, seolah paling suci, namun membicarakan sesuatu seabsurd itu. Terus terang saja, ada sisi yang menganggap bisa saja itu benar, namun untuk menyampaikan secara begitu gamblang tanpa rujukan ilmiah dan bukti yang sahih, itu lebih dari sekadar absurd 🙄
Ustad RB adalah satu di antara deretan ustad yang bersih dan pandai, sehingga fatwanya boleh diikuti umat tanpa perlu dikritisi. Mengingat, kritis itu dosa 😎

👓 Kalau pandangan bahwa saya males dengan orang beratribut agama sakleg, mbuat saya dituduh kafir, liberal, dan apalah itu; alhamdulillah 😉 Tuduhan itu, terlepas benar atau salah, sudah menambah pahala saya.

👓 Apakah saya tetap percaya Alquran dan Hadis sebagai rujukan? Tentu saja, bagian dari rukun iman, tapi dengan segala kefakiran dan keterbatasan saya dalam berilmu, mulai lebih berhati-hati 😊

Baca: Diet Agama

Banyak kitab pendukung dari berbagai mazab dan tafsir, saya tak mengerti semuanya secara mendalam, jadi saya mengundurkan diri dari area ‘merasa pinter dan paling bener’. Saya belajar agama secara praktis, lha kok paling kemeruh 😅 Apa yang saya tulis adalah proses kontemplasi dan kritisme yang selalu bisa dibantah maupun disetujui.

👓 Menjadi kritis itu tidak mudah, karena kita menantang kenyamanan ego kita juga. Bagusnya tak mudah terpengaruh. Buruknya bisa gila 😂

Baca: Retorika Bilangan Fu

👓 Menjadi humoris tidak mudah terpengaruh dengan apapun, karena selalu melihat semua dari sisi humor. Sementara itu penelitian menunjukkan bahwa orang eksakta lebih mudah terpapar pada berita buruk dan radikalisme. Nah…
Humoris dan kritis adalah dua sikap/perilaku yang (lebih) memudahkan kita untuk tidak ikut arus.

Cara berikut saya tambahkan jika anda terjebak dalam ‘intimidasi pemikiran’ konspirasi segitiga apalah itu:

🍦 Bacalah atau tontonlah kisah yang ringan, seperti novel, drama, komedi, komik anak, acara memasak, dan semacamnya. Apa saja lah yang bikin anda santai, ketawa, gak terlalu mikir. Ini sebagai bentuk pengalihan. Kasihan kan, otak disuruh mikir berat terus 😂

🍦 Luangkan waktu untuk ngobrol dengan manusia yang bisa disentuh, bukan yang diwakili oleh emotikon, alias letakkan gawai sejenak. Simpel aja, seperti tetangga sebelah, tukang sayur, tukang kebun, pak satpam, atau siapa aja yang sekiranya tak berhubungan dengan bacaan beraroma konspirasi.

🍦 Diet gawai, sebagai salah satu sumber masalah utama, apalagi kalau kita jarang baca buku tapi suka baca status atau berita clickbait. Cara diet gawai, antara lain berhubungan dengan lebih banyak orang yang sekiranya harus dilakukan tanpa gawai. Lebih penting lagi adalah niat dan komitmen. Dua hal mendasar ini harus dikuatkan untuk menuju diet gawai. Saya sudah sempat diet selama beberapa hari, karena bosen banget di mana-mana beritanya politik melulu 😶

Baca: Siap Tanpa Jaringan

🍦 Menulis, lalu bacalah sendiri. Gimana rasanya? 😅
Sudah lama saya tak menganjurkan orang untuk menulis. Sekarang lagi ngumpulin antologi kisah ortu, dan rasanya susah amat yak meminta mereka menuliskan pengalaman sendiri. Setelah ngobrol dengan beberapa teman, barulah saya tersadar bahwa tak semua orang mau menulis. Soal kemampuan itu sejalan dengan waktu, kemauan ini yang sifatnya personal.
Tapi tetep ya, salah satu cara untuk menyaring racun dogma yang sudah masuk ke dalam benak, adalah dengan menuliskan apa yang kita tahu, membacanya sendiri, lalu meminta orang lain membacanya. Berani? 😁

Apakah saya masih percaya dengan konspirasi, dengan semua perjalanan membaca dan menuliskannya ulang? 🤭

Baca: Hurting Heed

Sudah saya jawab implisit di tulisan pertama ya, bahwa saya menyimpannya di suatu ruang pikir, yang hanya akan saya tengok sekali waktu. Ada beberapa pertanyaan pribadi yang belum terjawab tuntas. Ada sih, jawabannya, tapi rujukan penguatnya belum ada, jadi saya simpan sendiri. Kebetulan ada beberapa pengalaman pribadi yang berkaitan, beserta buktinya 😉

Tidak semua yang kita ketahui, harus disebarluaskan, bukan? 😊

Gambar masjid

Gambar FPI dari twitter

Obrolan (2): Terhalu

“Di ruang diskusi jaman kita kuliah dulu, hanya yang punya banyak referensi lah yang berani banyak bicara. Yang merasa proletar ilmu, cukup diam menyimak atau bahkan mlipir tak sanggup.”

“Kita bahkan bisa menghitung dengan jari, berapa banyakkah mereka itu. Sekarang…”

Kami tertawa 😀😀

Baca: Iyaa, Aku Sudah Tahu

“Meski aku merasa punya banyak argumen untuk mengandaskan berita bohong, aku tak punya nyali untuk bertarung maya. Berat itu. Efek sampingnya, aku jadi gamang sendiri dengan apa yang kupercaya. Setiap pernyataan selalu memiliki kontra dari sisi manapun. Karena itulah, aku males merespon atau mereaksi hal-hal yang kontroversial.”

Continue reading Obrolan (2): Terhalu

Prov-Antiv

Dengan information-overwhelmed, saya jadinya malah males mikir 😯

Moldy dan Shena, sebagai warga negara yang berusaha berpikiran baik dan benar, sudah disuntik vaksin MR (measles, rubella). Detail penyakit silakan googling sendiri ya…

Jika tak salah kira, Moldy menyandang ketulian karena virus rubella, yang kabarnya memang lebih suka sama ibu hamil. Pembawanya malah rapopo. Makanya, para pembawa inilah yang disuruh jadi ‘tentara’ yang berangkat perang, sehingga (diharapkan) efek samping rubella bisa dikurangi sebanyak mungkin. Sepakat tak sepakat (untuk vaksin) itu pilihan anda 😉 Edukasi silakan, intimidasi jangan ya…

Jika anda kebanyakan kelayapan di timeline yang hobi ‘memainkan perasaan dan keputusan orang lain’, di situlah ujian anda sebagai pengakses medsos 😂 Hayati lelaah, tapi kenapa nemuuu aja di timeline. Ini sebagian hasil kelayapan yang hampir bikin galau jiwa:

-continue reading

Jebakan Limas

Saya akui, dengan kecut, bahwa saya sempat terjebak dalam teror simbol iluminatis. Biasa, kepo ujung jempol yang bikin gelagapan 😁 Padahal sudah diingatkan Al Maidah, jangan menanyakan sesuatu yang bakal menyulitkan dirimu sendiri. Tapi berhubung masih penasaran, ya lanjut terus dengan bacaan dan sejumlah obrolan dengan yang ‘berprasangka’ sama. Persoalan makar sendiri, memang sudah ada dalam Alquran, penjelasannya silakan baca di tafsir atau tanyakan pada majelis terdekat 😉

-continue reading->