Ala Agustinus Wibowo

Sesekali saya ikuti space di twitter, meski tak banyak yang bisa saya simak sampai habis. Isinya bergizi, asalkan memilih narasumber yang tepat. Yang isinya ngasal juga banyak dan di antaranya jadi bahan obrolan di linimasa 😅 Gitu deh, tak ada yang sempurna di hadapan warganet.

Pas dapat oke, ada Ivan Lanin yang jadi pewawancara bersama narsum Agustinus Wibowo (AW). Ini sudah lumayan lama ya, jadi lupa apa judulnya. Intinya, bagaimana menulis kisah perjalanan supaya tak terlalu puitis sekaligus tidak kronologis, karena dua-duanya bisa membosankan dan lebay.

Saya baru baca satu bukunya AW, Garis Batas. Bukunya agak lebih berat kalau dibandingkan bukunya Trinity. AW membawa pertanyaan besar yang sebagian berasal dari pengalaman hidup sebelumnya sebagai pengaya.

Continue reading Ala Agustinus Wibowo

Bersama ‘Membersamaimu’

Sekarang saya pakai nama Esthy Wika, untuk semua buku dan artikel yang saya tulis. Bunga rampai Membersamaimu adalah antologi pertama dengan nama ini, tentu saja sepengetahuan dan sepersetujuan saya 😉

Baca: Nama, Karya, Beda

Ini antologi Tuli pertama. Sudah banyak buku mengenai gangguan dengar, tapi masing-masing membahas cara personalnya. Buku ini membahas dari tiga pilihan yang dianut, yaitu menggunakan alat bantu, implant, dan berbahasa isyarat.

Dibuka pas yang nulis pendiri DTLS (Dunia Tak Lagi Sunyi)

Tak mudah mengumpulkan mereka semua agar mau terjun menulis, apalagi beda visi misi dalam mendidik anak Tuli menjadi ‘lebih baik’. Semua punya versinya sendiri. Oleh karena itu, tujuan buku ini adalah mengajak orang untuk menerima apapun dan bagaimanapun kondisi anak. Kisah-kisah di sini menawarkan pilihan referensi caranya 🙂

Continue reading Bersama ‘Membersamaimu’

5 Di 2018

Awal tahun 2019 besok, blog tuwuhingati akan memasuki tahun kelima. Pfft, lumayan anteng 😁 Biasanya dua tiga tahun sudah males lanjut, trus bikin lagi blog baru, hihihi… Meskinya isinya tetap nano-nano, alhamdulillah tiap tahun ada peningkatan kunjungan ☺

Kayaknya saya terlalu menikmati proses, sampai lupa bahwa menulis pun butuh tantangan. Sempat beberapa kali berburu lomba antologi dan lomba menulis lain, atau sekadar tantangan komunitas, lalu saya males 🙊. Pas ketemu bahasan difabilitas, ya udah ditulis aja. Pas pengen nyerempet politik dan atau agama, ya udah ditulis aja, di blog, bukan di status 😉✌

Continue reading 5 Di 2018

Lompatan Lanjut

Awal tahun 2015, begitu dibelikan gawai agak lumayan nggaya, saya bikin blog baru ini, tuwuhingati. Ini penyakit digital yang mbencekno. Tiap kali saya merasa konsep blog sudah tak sesuai dengan jiwa kebaruan saya, langsung bikin lagi. Hahaha, labil sekali 😂 Dari blogdrive yang almarhum, blogspot, notes fesbuk, hingga wordpress. Jejak kepenulisan masih ada sebagian, kadang masih juga ada yang komen di blog lama. Maunya saya pindah ke tuwuhingati semua, eh ribet juga mengatur perpindahan sembari menyesuaikan konsep baru. Ya sudah, belajar konsisten dan mengamini ketidaksempurnaan ☺

Konsep awal blog adalah bercerita apa adanya, dengan menyamarkan nama-nama yang bersangkutan. Tapi karena saya gak biasa ngomongin orang terlalu jeru, saya ubah lagi konsepnya.

Continue reading Lompatan Lanjut

35

“Pokoe Niar, dia usia 35 kita harus mapan, punya usaha sendiri. Sekarang soro ikut orang dulu ndak apa,” kata seorang teman, sekitar sepuluh tahun lalu.

image
Usia berapa yaa?

Sekitar usia 30, dia sudah mulai membuka les piano dan muridnya banyak. Kesukaannya Biologi, namun ortu membekalinya dengan keahlian musik sejak kecil. Aku basa basi mau ikutan les, tapi undur diri dengan legawa. Bakat dan minatku bukan bermain musik 🙂

Continue reading 35