Diet Agama (2).

Menurut anda, agama sebenarnya diturunkan dari orang tua atau benar hidayah?

Hmmm….

Mari disimak beberapa kisah contoh berikut πŸ˜‰
Nabi Ibrahim bukanlah penyembah berhala seperti orang tuanya.
Anak yang dibunuh Nabi Khidr karena nantinya akan menjadi seorang pembunuh.
Anak Nabi Nuh yang durhaka dan tenggelam bersama air bah.
Sekilas kisah itu menunjukkan bahwa pengasuhan adalah usaha, sedangkan hasilnya wallahualam ☺

Beriman adalah hidayah, yang bisa diusahakan. Iya, dulu jaman belum banyak manusia, beberapa terpilih untuk menyampaikan risalah kepada umatnya masing-masing, mengajak kepada tauhid. Dengan makin berkembangnya akal dan pengetahuan, risalah itu dijadikan tertulis, yang kemudian menjadi pedoman kita dalam usaha menjaga iman hari-hari ini ☺

Mengapa sih kita harus beragama?

Buat saya, hidup butuh aturan agar terjalani dengan baik, jika memang kehidupan abadi (afterlife) yang nyaman yang menjadi tujuan.
Dunia diciptakan dalam beberapa tahap. Keturunan Adam terpilih sebagai khalifah yang dianggap mampu merawat semesta, eh ternyata malah kacau balau tanpa aturan. Turunlah beberapa kitab sebagai reminder, dari Injil, Zabur, Taurat, hingga Alquran yang terakhir sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Jika ditanyakan seberapa berimankah dirimu, apakah beriman lantas menjadikanmu paling suci, hiks. Mestinya tak ada yang stabil, selalu naik turun, demikianlah kenyataan yang telah tertuliskan di hadist πŸ˜‰ Sudah banyak sumber tausiyah tertulis dan audio yang bisa kita jadikan rujukan, segeralah diisi ulang jika tenaganya melemah ☺

Tulisan ini merujuk pada tulisan di situs Magdalene tentang keputusan seorang perempuan untuk tak beragama saat dewasa, pengakuan Febby Indirani yang melepas jilbab dengan sadar, serta Laily, seorang feminis yang lepas pakai jilbab sesuai kebutuhan dan menyatakan bahwa jilbab tidak wajib. Hmm, menarik juga, meski untuk urusan jilbab, saya tetap berusaha istiqomah memakainya, inshaallah. Kebanyakan baca ya begini, nyangkut kemana-mana, mesti punya pondasi dasar supaya tak gampang goyah. Saya jadinya tertarik untuk membuka kembali kilasan memori keyakinan saya πŸ˜‰

Baca: Diet Agama

Mari kita bedakan antara religiusitas dan spiritualitas. Religiusitas mendasarkan pada aturan agama tertentu. Spiritual berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan secara mendalam, tanpa batasan aturan agama tertentu. Religius tak berarti spiritual, banyak kok orang menjalani ibadah agama sekadar rutinitas tanpa pendalaman berarti. Spiritual tak selalu berarti religius, karena dia bisa melintasi batas keyakinan yang berbeda. Spiritual sekaligus religius, itu yang sempurna, tapi susah πŸ˜‘

Saya berhenti terlalu mendalami belajar agama (Islam), pada sebuah batas. Salah satu bahaya membaca, apalagi tanpa didampingi teman diskusi yang seatmosfer dan guru besar yang mumpuni, akan menggugah makin banyak pertanyaan dalam benak πŸ˜• Itu riskan. Jatuhnya bisa agnostik, bahkan atheis. Eman, beberapa dasar agama sudah lumayan tergenggam, cuma kadang longgar kadang ketat. Tergantung arus bacaan aja dan aral keimanan…

Baca: Jika Menanyakan Alquran

Kembali ke soal tujuan tadi ya. Konon, kalau kita sudah punya tujuan hidup, hidup kita sudah cukup berhasil. Masalah bagaimana menjalaninya, proses lah. Tentang penasaran yang nampak sensual dengan khasanah keilmuan dan kekritisan diri, saya menghentikannya antara lain dengan mencari alasan-alasan penguat.

Pertama, Saya ingin hidup tenang. Bahkan tanpa dirumiti oleh masalah religi-spiritual pun, hidup kita masing-masing sudah complicated. Kenapa sih harus nambah masalah lagi, tentang sesuatu yang tak kelihatan pula. Sederhananya begitu.

Kalau anda sudah menikah, pasti akan dirumiti urusan keluarga dari pihak anda dan suami, anak, tetangga, kerjaan, dan banyak lah. Rumit jadi orang dewasa. Sudah lama tak menikmati film kartun favorit, yang selanjutnya tercetus complicated banget yak jadi orang dewasa πŸ˜„βœŒ

Baca: Previously Registered

Respon dan reaksi tiap orang terhadap suatu peristiwa tak sama, maka masalah adalah sesuatu yang kita anggap sebagainya. Menjadi dewasa adalah hampir tidak mungkin tidak punya masalah, urusan kita sudah di ranah tanggungjawab. Apalagi yang masih dalam tahap sandwich semacam saya atau sebagian anda. Posisi di antara dua roti yang mengapit. Ada kewajiban balas budi dan mengimejkan hidup baik-baik saja pada orang tua agar mereka tenang, sekaligus ada kewajiban memberikan teladan demi harapan masa depan baik anak-anak. Piye jal, mau berpikir soal sensualitas berpikir? πŸ˜€

Kedua, kematian adalah pasti dan tak bisa dihindari. Kita mau mati dengan cara apa, di mana, sakit apa, usia berapa, dan sebagainya, itu masih misteri. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha menjalani hidup sebaik-baiknya dan berdoa untuk hal-hal yang tak bisa kita jangkau secara fisik.

Saya menyebut doa yang kita lantunkan kepada Allah, sebagai penyedap, penggemulai, atau apalah itu yang menyatukan semua hal dengan taktis dan cantik. Sebagai bagian dari toleransi keyakinan, silakan pakai batasan waktu untuk membuktikan mujarab tidaknya doa anda πŸ˜‰

Baca: Apakah Doamu Dikabulkan

Ketiga, Allah menciptakan dengan kun fayakun, adakah di dunia ini yang bisa menyamainya. Adakah yang bisa menjelaskan sakit yang tetiba datang dan pergi bahkan tanpa intervensi obat sekalipun, makhluk ghaib yang antara ada dan tiada, dan banyak hal yang kadang teranomali dari teori dan kebiasaan. Di Alquran juga ditegaskan, kalau ini bikinan manusia, ya udah bikin aja satu surat aja yang mirip dengan satu surat di Alquran.

Bisa aja sih, nurutin pikiran sendiri biar merasa keren, tapi capenya itu lho. Memang mikir yang aneh, terlihat bahwa kita ini doyan baca banyak buku, sanggup berdiskusi dengan siapapun, hampir selalu tahu penjelasan apapun, tak butuh arahan dari siapapun, karena aku adalah aku, uhuk… πŸ˜‘

Mengutip dari ceramah ustad UAS. Di dalam Alquran, disebutkan ada 4 makhluk yang mendaku diri dengan angkuhnya:

πŸ† Firaun yang merasa sebagai tuhan. Dia tenggelam dengan jasad tetap utuh, agar bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua.

πŸ† Qarun yang punya karunia lengkap, ilmu dan harta melimpah. Dia tewas bersama harta sekaligus kunci-kuncinya yang terbenam tanah longsor.

πŸ† Iblis yang begitu pinter dan salehnya, sampai kemudian Adam diciptakan dan dia protes. Kenapa dia disuruh menyembah Adam, padahal dia sudah menyembah Allah selama beribu tahun. Saking pinternya, waktu dihukum karena penyangkalannya, iblis minta penangguhan sampai akhir jaman. Iblis bertebaran di dunia, dengan segala tipu muslihat yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan akal dan pengetahuan manusia. Makin manusia pinter, godaan juga makin santer. Kalau udah nyampe perkara illuminati, jadi makin horor 😈 Saya aja lah yang perlu rehab untuk keracunan konspirasi, anda jangan yaaa…

Baca: Jebakan Limas

πŸ† Hehehe, bisa jawab sendiri kan πŸ˜‰
Bisa aja anda, saya, atau siapapun yang lupa untuk rendah hati.
Kepandaian, kesalehan, kekayaan; semuanya akan musnah dengan kesombongan.

Kesombongan itu penyakit yang menggerogoti batin, pelan dan pasti. Malangnya, kita seringkali tak merasakan keberadaannya. Sstt, menganggap diri lebih baik daripada orang lain, meski hanya dalam hati, sudah termasuk sombong lho. Huaaa, rasanya masih punya banyak sombong deh 😒

Baca: Pegang Teguh

Sementara itu, beberapa alasan bertahan dengan konsep apa adanya diri hari ini, antara lain bahwa:
Dunia masih berputar πŸ‘Œ

Ilmu pengetahuan mampu membuktikan banyak hal, bahkan tanpa semangat spiritual sekalipun πŸ‘Œ

Ilmu pengetahuan semakin canggih πŸ‘Œ

Tapi ingat, selalu ada anomali. Satu hal yang pasti dalam hidup ini adalah ketidakpastian ☺

Jangan sampai kita dan orang-orang yang kita cintai, dipanggil dalam kondisi durhaka. Naudzubillah. Ini bukan berarti berhenti berkarya dan malas-malasan menjalani kehidupan ya. Tetap dong, usaha dan doa semaksimal mungkin, kan kita tak tahu usaha yang mana yang akan diterima sebagai amal pemberat menuju afterlife yang nyaman πŸ˜‰

Menurut batasan psikologi sih, usia 40 adalah usia puncak di antara baik dan buruk. Kalau jelek, bablas jelek. Kalau baik, bablas baik. Rasulullah disahkan kenabiannya juga di usia ini. Sungguh keren, kalau sebelum usia ini spiritualnya udah mantep.

Mau tak beragama, tak berjilbab, mendengarkan kata hati dan akal saja, atau tak mau manut aturan apa-apa sekalipun, silakan. Saya percaya semua urusan dengan benda mati maupun makhluk sekecil apapun, ada pertanggungjawabannya. Semua benda hidup dan mati, ada grand proprietor-nya kan. Jika dalam bermuamalah sesama manusia, kita dibatasi dan dikendalikan oleh hukum, mestinya urusan lain juga begitu dong. Ada perbuatan, ada konsekuensi, dalam bentuk apapun πŸ˜‰

Bingung? Tak usah mikir jauh, toh hidup sebagai orang dewasa sudah terikat penuh dengan hukum dan hukuman 😁

Nah, kalau soal tujuan hidup, itu lebih personal. Anda bagaimana? Sudah punya sesuatu yang jadi tujuan jangka panjang? πŸ˜‡ Hayuuk, segera canangkan dan jalani, apalagi yang nyampe di usia ‘mesti segera bijak’ begini. Hehehe…

Mari tetap berusaha sebaik mungkin, tanpa melupakan bahwa keberhasilan dan penyesalan tak bisa kita rencanakan…

Gambar menyembah berhala

Gambar ragam keyakinan

Gambar cermin

2 thoughts on “Diet Agama (2).

Leave a comment