(Sedang Berusaha) Tidak Ngopi (3)

Ini salah satu judul yang terlihat aneh, setelah saya melihatnya dari sisi lain. Dari sisi orang yang selama sebulan ini tidak menengok facebook, twitter, dan instagram sama sekali. Eh, nengok dikit ding, pas lihat acara pemenang lomba dan baca japri. Udah, selesai, tak ada keperluan lain lagi😁

Baca: Seni Bertahan Hidup Kaum Marjinal

Meskipun aneh, tulisan adalah bagian dari skema perubahan. Memang tak bisa serta merta. Tentang percepatan dan langkah selanjutnya, yaaah itu ditentukan dari banyak hal lain.

Ternyata ada pola yang baru terlihat dan terlaksana secara bertahap. Pola dimulai dari pernyataan bahwa kesehatan merupakan sinergi antara pikiran, fisik, dan kehidupan sosial. Ketiga hal itu berkelindan apik dan mesti seimbang satu sama lain. Urusan takdir, beda cerita yaa.

Baca: Kiat Hidup Sehat

Pola selanjutnya adalah waktu memutuskan untuk mengurangi nasi, berimbas pada berkurangnya jatah ngopi menjadi cukup sekali aja dalam sehari dan tidak merasa kehilangan. Seorang teman yang mencoba mengikuti pola diet nasi, merasakan hal yang sama, yaitu berkurangnya keinginan ngopi berlebih. Sayang, karena memang susah untuk mengubah kebiasaan, dia lanjut makan nasi lagi demi asupan energi saat lembur dan begadang πŸ˜… Tak bisa menyalahkan, niat kan milik hati masing-masing.

Sekarang saya berada pada pola ngopi dua hari sekali, yang bertahan selama beberapa minggu dan mulai teledor minggu ini πŸ˜‘ Huhuhu, niat memang tak mudah dijalani. Setelah berusaha memberi jarak minum, baru terasa bahwa efek kopi buat saya hanya bekerja di awal. Seneng dan nyaman sesaat, lalu ndredheg dan kancilen kemudian πŸ€ͺ

Bagus dong ya. Dulu, ngopi jam berapapun ya tetep tidur aja nyenyak πŸ˜‚ Sekarang mulai jadi orang biasa, kopi bikin melek sampai dini hari. Parahnya, kalau tak bisa dihalau meleknya supaya jadi kantuk, eh malah jadi halu berdatangan πŸ‘»

Baca: Mimpi Aneh

Sambil nulis ini, sambil minum kopi campur milo dengan takaran setengah dari yang pernah saya tulis di post sebelumnya dan saya hanya berniat menghabiskan separuh gelas saja. Milo yang sudah tak seperti dulu lagi. Terlalu manis dan banyak campuran. Dansanya jadi kurang gemulai. Cukup deh, daripada halu. Jaan, ra sumbut karo pas pengen e 😞

Baca: (Sedang Berusaha) Tidak Ngopi (2)

Di tulisan pertama saya tuliskan beberapa efek kopi pada kesehatan dan saya tetap cuek saja. Mungkin karena saat itu saya belum genap empat puluh, hahaha. Konon, begitu mencapai usia empat dekade ini, metabolisme fisik dan pikiran mengalami banyak perubahan. Bisa aja itu dimulai pas 40 atau malah 41 dan selanjutnya, pastinya ada keunikan personal πŸ™‚

Jedernya, waktu webinar kapan hari itu. Salah satunya menyatakan, jika tubuh kita sudah tak bereaksi lagi pada efek utama dari makanan atau minuman, pertanda ada yang tak beres dari tubuh kita. Huaaa, kalau kopi sudah gak bisa bikin melek lagi, berarti… 😒

Ternyata, tubuh saya sendiri sepertinya membunyikan alarm kerjasama yang membuat usaha ini lebih ringan. Memang sempat craving di beberapa hari pertama, tapi tubuh menolak nyaman ketika akhirnya bisa minum kopi. Well, terima kasih badanku atas kerjasamanya ☺

Baca: (Sedang Berusaha) Tidak Ngopi

Kebetulan, karena sempat mengalami masa turbulensi mental yang cukup wow, saya bisa merasakan ketenangan pikir tanpa harus bergantung pada candu kopi. Proses menenangkan diri jadi lebih natural, bukan artifisial.

Mengurangi masih dalam proses ya, belum terlalu konsisten. Semoga bisa istiqomah dan dapat manfaat kesehatan maksimal yang saya dambakan. Kalau ngantuk, sudah punya pilihan antara tidur atau ngopi. Sepertinya lebih normal kan πŸ˜‰

Gambar kopi

Gambar tidur

Leave a comment