Terbuai Tere Liye

Buku pertama TL yang saya baca adalah Moga Bunda Disayang Allah, menceritakan mengenai kehidupan anak difabel. Lupa-lupa ingat bagaimana ceritanya, tapi masih ingat jelas bagaimana kesannya. Bagus dan inspiratif, sangat mirip dengan kisah hidup Helen Keller. Sayang agak membosankan buat saya waktu itu, karena sangat panjang dan tidak penuh hal yang tak terduga seperti beberapa novelnya saat ini. Sebagai pembaca jenis omnivor, saya merasa harus menyelesaikannya sampai tuntas. Waktu itu masih ikut Republika, belum Gramedia. Ssstt, pilihan penerbit sangat berpengaruh terhadap ‘rasa’ bacaan lho 😉

Sejak itu, saya butuh alasan kuat untuk membeli bukunya TL. Bukan karena bukunya jelek, tapi tak cocok aja. Baca tetep, tapi maunya pinjem, hehe… Untuk seorang yang produktif tiada tara sekaligus aktif di media sosial, karyanya cukup stabil. TL terus melakukan sejumlah riset demi mewujudkan tiap karya yang berbeda, meski beberapa kejadian dia buat sangat mirip dengan inspirasi aslinya. Helen Keller di buku Moga Bunda Disayang Allah dan The A-Team versi terbaru dalam buku Negeri Para Bedebah.

Continue reading Terbuai Tere Liye

Paranoia Medsos

Sebuah Honda Oddysey menepi tepat di depan jalan masuk ke Kantor Pajak cabang Lawang. Saya menoleh risih karena dia hampir menyasak area saya menunggu bis. Kacanya gelap sehingga tak kelihatan seperti apa makhluk yang ada di dalam. Tentunya bukan alien ya 😄

Kaca pintu belakang dibuka separuh. Selintas bayangan, seorang wanita dengan sasakan ala ibu pejabat. Dengan begitu elegan dan sangat berkelas, dia berkumur, sampai terdengar suara air yang bergejolak. Kemudian dia menyemburkannya dari dalam mobil ke luar, melompati kaca, tanpa membuka pintu sama sekali.

Continue reading Paranoia Medsos

Hurting Heed

Pernahkah merasa status seseorang ditujukan spesial buat anda? 😉

Seriiing…

Hehehe, ge-er tak ada yang melarang, tapi kalau reaktif jangan sampai yaaa…

Saya pernah beberapa kali dalam posisi itu, clearly. Salah satu di antaranya, (saya merasa) kami saling menyerang pada kesempatan yang berbeda. Menurut saya sih begitu, entah gimana menurut yang bersangkutan 😂 Asiknya, saya tak sungkan memujinya jika memang layak. Pun, yang bersangkutan juga demikian, meski posisinya lebih sering pada saya yang kalah skor, hihihi…

Sempat juga sih sakit hati, kok begitu. Ini kan tak adil 😉 Rehat sejenak dari riuhnya medsos, lalu biasa lagi 🙂

Continue reading Hurting Heed

After The Clash

Tiap kali ada peristiwa yang memicu pro dan kontra ekstrim, setelah saling bertukar mitraliur aksara, ditutup sementara dengan unfriend, lanjut kasak kusuk via jalur independen bersama kaum seirama. Terus begitu polanya, berkesinambungan tanpa kenal lelah. Fiuuh… Duhai prajurit maya, salut pada semangat patriotisme kalian, yang selaik rechargable battery. Semoga bukan karena lembaran merah merekah atau janji suci yang tak kan terkhianati ya..

Continue reading After The Clash