Kiat Hidup Sehat (2)

Piye stressmu, gaes? Wes nggarai awak molak-malik urung? Sek kuat urip kan?

💪🏻😁

Alhamdulillah sudah mulai sering pertemuan tatap muka, setidaknya jadi lebih sibuk dan tak kebanyakan halu lagi deh.

Baca: ‘Hantu’ Pandemi

Dari akun ig ibu2canggih, saya ikutan webinar dengan narasumber dr. Prama Aditya. Materinya nyenengin dan bikin optimis untuk segera hidup sehat lewat banyak cara. Apalagi buat saya dan bala residu pandemi lain, yang mulai jenuh dengan makanan dan pikiran. Pengen melakukan sesuatu yang lebih berkualitas tapi gak tau ilmunya sama sekali 🙄

Meski diet nasi boleh dikatakan punya hasil yang signifikan dan saya masih bertahan hidup, tapi ada bagian kosong yang tak bisa saya kendalikan. Semisal bagaimana mengendalikan sakit tertentu yang suka datang sembarangan begitu pikiran membadai.

Baca: Diet Nasi (2)

Banyak jawaban dan sejumlah afirmasi yang saya temukan dari paparan dr. Prama 🙂 Biasanya ngezoom males-malesan dan tidur melulu, hihihi. Kali ini, emm, sama aja sih 🤣 Setidaknya masih ada niat menuliskan lagi. Webinar lain sudah embuh kemana draft dan memorinya.

Tentunya, mesti pakai prinsip gelas kosong, biar bisa memahami secara netral dengan persepsi yang segar ya 😉 Misal, udah sreg sama dr. Zaidul Akbar, jadinya yang lain dianggap salah melulu 😅 Padahal, rata-rata nasehat tentang stress dan kesehatan punya dasar yang kurang lebih sama, dengan pendekatan dan penyampaian yang berbeda.

Silakan dibandingin sendiri deh…

Otak dari segala penyakit adalah stress. Tentu secara medis ada penjelasannya, itu mbulet dan saya gak bisa jelasin. Ustad Danu dan dr. Agus yang ahli penyakit dalam, sering mengkorelasikannya dengan penyakit yang diderita seseorang.

Ada hubungan antara sakit dengan kejengkelan atau amarah yang berlebihan. Saya sering ini 🙈 Susah juga sih mengendalikan. Kalau sudah tahu begini mulai ada dong usaha untuk menghilangkannya.

Baca: Kiat Hidup Sehat

Keturunan bentuk tubuh bukan harga mati. Hohoho, baru tahu deh kalau paha bisa dikecilkan lewat diet yang sesuai supaya liver bekerja sesuai porsi. Kulit yang menggelambir juga bisa jadi pertanda stress.

Tidak harus diatasi dengan olahraga, karena olahraga pun perlu dengan bahagia. Itulah kenapa yang senam gak jadi langsing malah langsung, karena temannya toksik. Habis senam, malah makan berat sebagai cara perimbangan. Habis senam lanjut nggosip tentang kejulidan tiada akhir. Ini juga bikin penyakit 🙃

Tak semua olahraga pasti bagus ya, kan mesti menyesuaikan dengan kebutuhan dan disiplin masing-masing. Bahkan katanya pak dokter, kalau pola makan bagus malah gak perlu olahraga bisa langsing. Nah lho, pengen gak? 😄

Cek kadar hormon kortisol. Kortisol adalah hormon yang bekerja ketika stress datang dan dia didesain untuk bekerja di pagi hari. Katanya pak dokter sih, alat untuk mengecek ini belum ada di semua rumkit.

Tiap kali stress, dalam kadar kecil sekalipun, respon tubuh sama. Maksudnya stress dianggap sebagai musuh, jadi tubuh dalam kondisi siap perang. Kalau terlalu sering ngajak perang, imun tubuh jadi melemah. Ketika tubuh sudah tak sanggup memproduksi kortisol lagi, hasilnya burnt out.

Makane ojo gampang stress, supaya pertumbuhan kolagen tidak terhambat, ora gampang cape, tidak gampang lupa, dll. Teorinya begono, praktiknya kan begunu 🤣

Tips tipis mengurangi stress:

💜 Menikmati makan. Ingat Remy yang disuruh Chef Gusteau untuk menikmati setiap jenis bahan, sampai melayang terbayang gitu. Saya dan mungkin sebagian besar dari kita, makan lak karo nyambi. Sambil lihat tv, nyekrol medsos, ngobrol apa aja, menulis, baca, dan lain-lain.

Kalau kita menikmati acara makan, mestinya kita tak akan mudah tersedak, terkena duri, kesereten, bahkan terlalu kenyang. Karena itulah, ada anjuran mengunyah sampai 33 kali. Karena itulah, saya baru bisa memahami di balik filosofinya Anton Ego tentang pemujaannya pada makanan. Bukan soal doyan atau rakus, tapi menikmati setiap momen bersama makanan dengan sepenuhnya waktu. Me time bersama makanan 😉

💜 Enjoy every moment, jangan multitasking. Teorinya begono, praktiknya begunu 🙃 Terutama buat para emak, yang sudah terbiasa masak sambil nyuci, beres-beres, momong bayi, dan sebagainya.

Butuh lama untuk mencerna, yang akhirnya bisa saya “terjemahkan”. Yowes, nikmati setiap fase yang kita jalani. Sebuah bentuk perpanjangan dari nrimo dan bersyukur. Kalau memang mesti nyambi sebanyak itu, masih bisa kok dinikmati dengan suara musik yang menenangkan atau yang bikin semangat, atau mungkin lawak macam ludrukan yang bisa dinikmati sambil lalu.

Banyak pilihan untuk bisa menyunggingkan senyum bahagia 🙂

💜 Jangan overthinking dan berani berkata tidak. Huhuhaha, endonesa banget dah 😁

Badan kita pun butuh me-time. Masing-masing bagiannya memiliki memori dan dialektika. Seperti kata iklan, pencernaan adalah otak kedua, mereka saling ngobrol. Gak mereka aja sih, semua bagian tubuh kita “ngobrol” dan saling back-up jika satu bagian melemah.

Cape ya istirahat, itu sudah alarm dari tubuh sebelum sakit beneran. Kalau gak bisa, ya tolak aja tanpa perlu pekewuh. Kalau ada masalah, cari solusi. Gak ketemu, yawes, besok coba lagi. Meskipun akan tetapi, hahaha 🤣 Teorinya begono, praktiknya begunu 🙃

Baca: Masalah – Hal Sama

💜 Tidur sebelum jam sepuluh malam dan sarapan sebelum jam sepuluh pagi. Ada penjelasan medisnya, tapi terlalu embuh buat saya yang cekak aos 😁

💜 Sering pertemukan kaki dengan rumput. Biar ada alasan cuci kaki pakai sabun terus keceh 😎

💜 Tepung-tepungan bisa menjadi racun dan berakibat gampang lupa. Huaa, betapa tidak sehat tombol pilihan makanan yang selama ini tersedia di hadapan kita 🥺

Itu semua hanya ringkasan. Pelaksanaan bergantung pada pemahaman dan kemauan. Demikian…

4 thoughts on “Kiat Hidup Sehat (2)

  1. walah walah habis baca tulisan sampeyan aku jadi menyadari koq keseharianku jauh dari ideal ya mbak wkwkwk. multitasking tiada jeda. nek ga ngono garapan omah kapan marine tak iye😆

    Like

Leave a comment